Intisari-Online.com - Banyak negara yang menolak klaim China atas 90% wilayah Laut China Selatan.
Namun Indonesia tak termasuk di antaranya.
Walau begitu, militer Indonesia bersiaga di Kepulauan Natuna, sebuah pulau yang letaknya dekat dengan Laut China Selatan.
Nah, terkait dengan Kepulauan Natuna, China harus berhati-hati atassengketa kedaulatan di Laut China Selatan dengan Indonesia.
Hal itu disampaikan olehmantan diplomat Singapura Kishore Mahbubani.
Dilansir dari24h.com.vn pada Selasa (6/4/2021),Mahbubani mengatakan China perlu berhati-hati atas sengketa kedaulatan atas Kepulauan Natuna.
Kepulauan Natuna adalah rumah bagi tempat penangkapan ikan tradisional Indonesia.
Selama bertahun-tahun, kawasan ini telah menjadi pusat ketegangan antara China dan Indonesia.
Penjaga pantai Indonesia telah berulang kali menemukan bahwa kapal-kapal penangkap ikanChina, yang dikawal oleh kapal-kapal laut, telah melanggar zona ekonomi eksklusif (ZEE) di sekitar kepulauan Natuna.
Akibatnya pada Desember 2019, Indonesia mengirimkan pesawat tempurnya untukberpatroli di kawasan tersebut karena kehadiran kapal-kapal China.
Bahkan Presiden Indonesia Joko Widodo juga datang ke sana untuk menegaskan tekadIndonesia atas Natuna.
Pada Januari tahun ini, kapal China kembali muncul di perairan Indonesia.
Dilaporkan kapal tidak menyalakan perangkat navigasinya dan bertindak mencurigakan.
Kedatangan kapal China itu terjadi ketika Chinamendeklarasikan perairan di sekitar Kepulauan Natuna sebagai tempat penangkapan ikan tradisionalnya, dan menawarkan untuk siap menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi bilateral.
Tapi pemerintah Indonesia menegaskan bahwa klaim China tidak berdasar dan tidak punya alasan untuk bernegosiasi.
Menurut para ahli, China menargetkan perairan di sekitar kepulauan Natuna Indonesia dengan alasan wilayah ini tumpang tindih dengan apa yang disebut ZEE dari Kepulauan Spratly Vietnam yang diduduki China.
Indonesia juga menegaskan bahwa mereka tidak mengakuiNineDash Line atau9 Garis Putus-putus yang diklaimChina secara sepihak di Laut China Selatan.
Walau begitu, pejabat pertahanan Indonesia pernah menyebutkan skenario terburuk jika China yang mengirim pasukan untuk mendarat di Kepulauan Natuna.
Itu sebabnya Indonesia terus menerus mengerahkan kapal perang, pesawat tempur, dan peralatan pengintai untuk berpatroli di sekitar wilayahmereka.
Sementara Indonesia secara aktif memobilisasi angkatan lautnya untuk berpatroli.
Alasannya ada alasan kekhawatiran bahwa China juga akan mengambil tindakan"ilegal" di wilayah sengketa.
“Saya khawatirdengan sikap China ke Indonesia,"kata Atriandi Supriyanto dari Universitas Nasional Australia.
"Cepat atau lambat, Indonesia mungkin harus mempertimbangkan kerja sama militer dengan AS untuk mengekang pengaruh China."
Masalahnya adalah belum ada info bahwa Indonesia menyatakan keinginan mereka untuk bergabungAmerika Serikat (AS), Jepang, India dan Australia, kuartet Indo-pasifik yang ingin melawan China.