Dia menambahkan bahwa dia dan yang lainnya merasa terhalang dan kesal karena, “di mana kami telah menemukan kuburan, sering kali setelah upaya besar dari semua yang terlibat, kami tidak dapat menyelamatkan tempat-tempat ini sebagai kuburan perang.”
Dia merasa kurang nyaman sekarang, karena tidak tahu di mana sisa jasad kakeknya.
“Saya sekarang hanyalah kerabat yang masih hidup,” katanya dengan sedih.
“Ini sangat buruk. Tidak ada istirahat seperti ini. Kapal selam itu adalah kuburan bagi kakek.”
Kapal selam O16, seperti banyak yang bertempur di beberapa pertempuran selama perang, keluar tanpa cedera setiap saat.
Namun pada 13 Desember 1941, persenjataannya habis, ia memulai perjalanannya kembali ke Singapura.
Pada pukul 2.30 pagi itu, kapal selam itu menabrak ranjau ketika meninggalkan Teluk Siam, di lepas pantai Malaysia.
Kapal selam itu terbelah hampir menjadi dua, dan 41 orang tewas.
Seorang pelaut selamat.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR