Intisari-Online.com - Sosok mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, yang foto dan videonya viral beberapa waktu lalu, pernah menjadi buruan pasukan khusus Indonesia.
Itu dikarenakan perannya sebagai pemimpin kelompok pemberontak Timor Leste saat wilayah tersebut masih menjadi bagian Republik Indonesia.
Seperti diketahui, Timor Leste atau dulunya bernama Timor Timur, pernah berintegrasi dengan Indonesia antara tahun 1975 hingga 1999.
Timor Leste sendiri terpecah menjadi beberapa kelompok sepeninggal pasukan Portugis, termasuk kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-integrasi dengan Indonesia.
Meski akhirnya jatuh di bawah kekuasaan Indonesia dan menjadikannya provinsi ke-27 RI, namun perlawanan kelompok pro-kemerdekaan masih terus berlanjut.
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Timor Timur bernama Fretilin-lah yang terus melakukan aksi perlawanan terhadap bangsa Indonesia.
Sempat mereda dengan tewasnya sang pemimpin Nicolao Lobato, namun sosok Xanana Gusmao menggantikannya, menjadikan aksi KKB Timor Timur kembali muncul dan merepotkan tentara Indonesia.
Untuk memburu Xanana Gusmao, diterjunkan tim pemburu dari Kopassandha atau kini dikenal sebagai Kopassus. Seperti apa pemburuan Xanana Gusmao?
Meski akhirnya berhasil ditangkap, rupanya, pemburuan pemimpin Fretilin itu sampai membuat tim pemburu Kopassandha sempat frustasi.
Dikutip Sosok.id dari Majalah Commando edisi 04/X/2014, pemburuan Xanana Gusmao bermula dari terjadinya serangan kelompok bersenjata di Mercado Baucau pada 5 Oktober 1992, saat itu berlangsung pameran pembangunan dalam rangka HUT TNI,
Seorang prajurit dari Yonif 315 gugur dan senjatanya dirampas. Ini menjadi sinyal berbahaya bagi pasukan khusus Indonesia.
Satuan Tugas Pasukan Khusus (Satgaspassus-X) Kopassus pun merespon cepat.
Dibawah pimpinan Letkol Inf Mahidin Simbolon, Satgaspassus-X mulai bergerak dengan kekuatan 8 perwira, 12 bintara, dan dua tamtama.
Dalam operasi, tim pemburu ini awalnya berhasil menangkap seorang jaringan klandesten Baucau-Dili-Manatuto yang ambil bagian dalam penyerangan 5 0ktober 1992, yakni bernama Antonio Anacleto Sera.
Dari Anacleto Sera diketahui tentang adanya jaringan antara seorang mahasiswa Universitas Timor Timor bernama Fernando dan pengusaha Tionghoa Akuilong dengan Xanana Gusmao.
Mengetahui fakta tersebut, maka Letkol Simbolon membentuk operasi penyelidikan guna mengetahui dimana target berada.
Selanjutnya, satu persatu tim menciduk orang-orang yang dicurigai jaringan Xanana.
Pengorekan informasi terhadap para terduga itu bukanlah hal yang mudah, pasalnya mereka tetap bungkam walau akhirnya berhasil dipaksa buka mulut oleh tim.
Interogasi itu kemudian membuahkan hasil, dan membawa tim menemui orang kepercayaan Xanana yakni Paulo Alves.
Namun sialnya, saat Paulo hendak digrebek pada 12 November 1992 target berhasil lolos.
Itu membuat tim sempat frustrasi lantaran operasi penangkapan Xanana terancam gagal.
Akan tetapi titik terang kembali datang saat tim melakukan penelusuran secara estafeta pada peristiea Bunaria Komplek-Same 1990.
Keuletan dan kerja keras tim akhirnya membuahkan hasil. Mereka berhasil mengendus keberadaan Xanana.
Xanana disinyalir bersembunyi dalam lubang bawah tanah milik seorang anggota polisi Koptu Augusto Pereira di Desa Lahane Barat, Dili.
Segera bergerak tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Letkol Simbolon langsung memerintahkan tim pemburu untuk bergerak secepat mungkin menyergap Xanana.
Tim pemburu bergerak pagi-pagi buta pukul 05.00 WIT tanggal 20 November 1992, dengan dua jip Toyota Hardtop dan sebuah Toyota Kijang melesat menuju sasaran.
Tim penyergap segera menyebar mengepung rumah persembunyian Xanana ketika sudah mendekati sasaran.
Pukul 06.00 WIT tim mulai masuk ke rumah, serangan kilat ini tentunya amat mengagetkan.
Xanana tak ditemukan di kamar yang ditempatinya, namun itu justru pertanda baik lantaran menurut briefing, Xanana bersembunyi di lubang bawah tanah.
Benar saja, setelah tim mengobok-obok tumpukan pakaian di bawah lemari, mereka mendapati adanya papan penutup lubang.
Tim langsung menodongkan senapan SS1 mereka ke dalam lubang. "Xanana jangan bergerak!," teriak anggota tim.
Keluarlah seseorang berwajah klimis tanpa baju dan hanya mengenakan celana pendek sembari pasang wajah ketakutan, yang kemudian dipastikan itu adalah pemimpin Fretilin Xanana Gusmao.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari