Intisari-online.com -Hujan lebat dari 29 Maret sampai 4 April menyebabkan banjir dan longsor hampir di seluruh Timor Leste.
Lebih dari 40 jiwa meninggal dan ribuan warga kehilangan tempat tinggalnya, serta infrastruktur penting seperti jalan dan jembatan pun hancur.
Ibukota Dili telah menjadi yang paling terdampak, dengan lebih dari 12 jam hujan tanpa henti pada 4 April menyebabkan membludaknya sungai di tempat itu.
Total ada 13 kematian dan 7000 warga kehilangan tempat tinggal.
Kini pertanyaannya adalah apakah kota Dili bisa lebih siap lagi.
Melansir Lembaga Penelitian The Interpreter, ternyata banjir Dili adalah kejadian rutin.
Kota itu belum sepenuhnya pulih dari banjir yang terjadi pada 13 Maret tahun lalu, yang menyebabkan kematian, kerusakan rumah dan lumpuhnya aktivitas kota.
Pembersihan lumpur dari rumah dan membuang tanah, batu, serta sampah dari sungai adalah pandangan biasa.
Hanya saja efeknya telah merusak tahun ini karena tingginya intensitas hujan dan banjir.
Namun meski sudah mengalami berulang kali, pemerintah sebagian besar hanya mengadopsi penanggulangan reaktif saja.
Contohnya, dengan menyedot sedimen dari sungai dan memperbaiki tembok di antara sungai.
Melihat skala kerusakan tahun ini, pemerintah harus segera mengubah pendekatannya dengan mengenali faktor-faktor yang berpengaruh pada banjir dan memperburuk dampaknya.
Bantuan internasional termasuk 7 juta Dollar dari Australia, memang diterima dan mempercepat pemulihan Dili.
Namun bantuan-bantuan itu tidak akan membuat bencana pergi.
Di tengah-tengah banjir, pemerintah mengisukan pers release menjelaskan kekurangan infrastruktur yang sudah ada untuk menahan kondisi yang sudah ada.
Selain itu perlunya berinvestasi dalam perencanaan kota untuk mengatur konstruksi infrastruktur yang lebih rapi.
Sepuluh tahun yang lalu, wilayah dataran rendah di pusat kota seperti Caicoli digunakan sebagai area tampungan air, tapi sekarang sudah dipakai untuk rumah.
Konsekuensinya, tidak ada lagi tempat untuk menyimpan limpahan air yang berlebihan, dan dataran rendah ini mudah terkena banjir jika tidak diberi drainase yang memadai.
Banjir memang bisa membuat kewalahan bahkan negara maju sekalipun dengan sistem yang sudah terkembang.
Oleh karena itu, membuat sistem praktis untuk merespon dengan cepat situasi tersebut sehingga bisa menormalisasi aliran sungai atau akses jalan penting selama banjir.
Hal yang sama, melaksanakan monitoring berkala dan merawat sungai penting untuk menghindari membludaknya sungai waktu musim hujan.
Namun, pemerintah harus mengkombinasikan pekerjaan ini dengan tindakan pencegahan karena hal itu bersifat lebih ekonomis dalam jangka panjang.
Nantinya hal itu akan membantu mengurangi pengeluaran membetulkan infrastruktur rusak tiap tahun, mencegah hilangnya pendapatan karena gangguan aktivitas ekonomi, mengurangi dampak kerusakan lingkungan dan mengurangi penderitaan manusia.
Wakil perdana menteri yang juga menteri perencanaan dan wilayah, Jose Maria dos Reis, yang mengisukan pres release, benar dalam menunjuk perencanaan kota sebagai isu pusat, karena dapat membantu kota lebih elastis.
Juga mendemonstrasikan pergantian sikap terhadap proses terarah, ternegosiasi dan terkoordinasi di antara berbagai pemangku kepentingan, daripada kejadian sporadis sedikit demi sedikit.
Itulah sebabnya perencanaan kota tidak hanya untuk arahan konstruksi infrastruktur dan mengatur kependudukan sepanjang tepi sungai.
Perencanaan kota juga penting sebagai kekuatan menyetir pertumbuhan masa depan kota berdasarkan prinsip keberlanjutan dan nilai keadilan sosial.
Pemerintah Dili perlu menerapkan penyediaan lokasi menetap yang aman untuk dijadikan lokasi tempat tinggal, mempromosikan akses jasa kebutuhan dasar, termasuk air, kesehatan, listrik, dan pendidikan, mempromosikan terhubungnya aktivitas sosial dan ekonomi termasuk akses pasar, dan meminimalisir ketidaksetaraan agar menghindari terbentuknya wilayah elit dan mencegah luasnya jarak antara yang kaya dan miskin.
Sembilan belas tahun setelah merdeka, Timor Leste punya kesempatan menentukan bagaimana ibukota akan tampak di masa depan.
Namun hal ini memerlukan perubahan pola pikir dan pendekatan ekspansi urban, terutama dalam organisasai daerah pinggiran kota.
Melihat negara yang sudah maju, wilayah luar kota yang terhubung dengan baik berhasil menarik perhatian warga, dan dapat menjadi cara menyelesaikan masalah situasi terkait penetapan tepi sungai di Dili.
Hal ini juga memerlukan keinginan politik dan penggunaan sumber agar terlaksana.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini