Advertorial
Intisari-online.com -Janji Presiden Joe Biden untuk menarik mundur para tentara AS dari Afghanistan adalah upayanya mengakhiri perang terlama AS.
Tenggat waktu untuk penarikan pasukan oleh Biden sangatlah pas.
Tenggatnya dilakukan pada 11 September 2021, tepat 20 tahun setelah serangan teroris 9/11 di New York, Washington DC, dan Pennsylvania.
Serangan teroris itu juga yang memimpin AS menarget Afghanistan.
Dalam 20 tahun terakhir, telah terenggut lebih dari 2300 nyawa tentara, puluhan ribu warga AS cedera, dan korban jiwa Afghanistan yang tidak terhitung.
Serta lebih dari 2 triliun Dolar AS uang pajak dihabiskan untuk itu.
Kemudian setelah itu semua, para tentara terakhir yang berangkat, beberapa pastinya lahir setelah serangan 9/11.
Mereka akan meninggalkan Afghanistan di bawah kendali pemimpin Taliban yang sama ada di sana tahun 2001.
Melansir dari CNN, inilah ringkasan perang selama 20 tahun itu.
Asal usul Taliban
Uni Soviet menduduki Afghanistan selama 1980-an dan kemudian menarik mundur tentaranya setelah perlawanan para pejuang mujahidin.
Di antara mereka ada Osama bin Laden.
AS mengirimkan senjata-senjata dan membantu pasukan anti-Soviet ini.
Namun dalam era kekosongan kekuasaan pasca-Soviet, Taliban dibentuk di bawah kepemimpinan Mullah Muhammad Omar, yang ingin menciptakan masyarakat Islam.
Ia juga ingin mengusir pengaruh asing seperti TV dan musik dari negara itu dan memaksakan versi undang-undang Islam yang kasar pada wanita.
Tahun 2001, mereka mengendalikan hampir semua negara.
Taliban berbeda dengan al Qaeda.
Taliban adalah pasukan politik dan militer Islam wilayah, sementara al Qaeda adalah jaringan teroris internasional.
Al Qaeda bersalah dalam serangan 9/11 di AS.
Namun otak dan dalang serangan itu, termasuk Osama bin Laden, telah beroperasi di bawah nama Taliban selama hidupnya.
Taliban menolak menyerahkan bin Laden setelah serangan itu.
Serangan AS yang dipimpin oleh pasukan AS dengan bantuan sekutu NATO, dibuat dengan sempurna seolah-olah hal itu perang melawan terorisme.
"Aksi menarget lawan yang hati-hati ini dirancang untuk mengganggu Afghanistan sebagai operasi pangkalan teroris dan untuk menyerang militer rezim Taliban," ujar Presiden George W. Bush, menunjuk nama operasi itu sebagai "Menahan Kebebasan" meskipun melihat ke belakang, bisa dibilang sebagai menahan perang.
Baca Juga: Padahal AS yang Tarik Pasukan Militernya dari Afghanistan, China Justru Diuntungkan dengan Hal Ini
Sebelumnya, dukungan hampir diberikan secara sepakat.
Upaya militer dimulai ketika otoritas dari resolusi "otorisasi penggunaan pasukan militer" diloloskan seminggu setelah serangan 9/11.
Saat itu hanya 1 pembuat hukum, Barbara Lee dari California, anggota partai Republik, yang melawannya.
Resolusi itu pertama kali dipakai untuk melegalkan aksi di Afghanistan, tapi presiden sejak itu telah menggunakannya untuk aksi di setidaknya 37 negara yang berbeda.
"Sejak 11 September, seluruh generasi muda AS telah mencapai pemahaman baru mengenai nilai kebebasan dan biayanya dan tugas dan pengorbanan," ujar Presiden Bush.
Ironisnya sejak saat itu, generasi AS yang baru telah lahir dan dewasa sementara perang yang dimulai hari itu terus berlangsung, seringkali di latar belakang dengan sedikit fokus dari sebagian besar masyarakat.
Sayangnya, upaya AS berperang di Afghanistan rupanya sia-sia.
Jurnalis CNN Nick Paton Walsh mengunjungi wilayah yang dikuasai Taliban di Afghanistan yang merupakan lokasi serangan AS dan Inggris sepuluh tahun yang lalu.
Ia temukan jika wanita tidak bisa pergi keluar dengan bebas.
Walsh menulis: "Sementara Kabul dan pusat sebagian besar kota tetap dikuasai pemerintah, banyak wilayah yang dikuasai oleh pecahan-pecahan Taliban.
"Untuk lebih dari lima tahun di Musa Qala, mereka telah memaksakan aturan mereka meski masih dalam konflik dengan pasukan keamanan Afghanistan di selatan provinsi Helmand.
"Pada akhirnya, Taliban memiliki kekuasaan," kata seorang warga.
"Tidak mungkin untuk melawan keinginan mereka."
Tujuan AS berada di Afghanistan memang hanya satu, mencegah negara itu menjadi tempat tumbuhnya kelompok teroris seperti al Qaeda lagi.
Dalam wawancara tidak disaring yang tidak disangka akan bocor, pemimpin militer AS mengatakan kepada pemerintah jika AS tidak siap untuk Afghanistan dan warga AS tidak tahu "seberapa besar kerusakan" melakukan perang itu.
Dan kini jika kondisi di Afghanistan memburuk antara kini sampai September, pasukan AS akan tetap meninggalkan Afghanistan.
Keputusan Biden adalah final dan tidak berdasarkan kondisi yang terjadi.
Keputusan Biden ini hadir setelah ia mengatakan tidak ada jumlah pasti pasukan AS di darat yang bisa menghentikan Taliban atau perang.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini