AS Akui Mengucurkan Dana dan Senjata kepada Mujahidin Afghanistan dengan Postingan CIA yang Membanggakan Peluncur Rudal FIM-92 Stinger di Tangan Gerilyawan Cikal Bakal Taliban

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Seorang tentara gerilyawan di Pegunungan Safed Koh 10 Februari 1988 di Afghanistan.
Seorang tentara gerilyawan di Pegunungan Safed Koh 10 Februari 1988 di Afghanistan.

Intisari-Online.com - Akun Twitter CIA (terverifikasi) pada Selasa (6/4/2021) memposting tautan artikel.

Tak hanya itu, postingan tersebut juga dilengkapi keterangan rudal Stinger yang dipasokan ke mujahidin Afghanistan sebagai alat melawan alat tempur Soviet.

Keterangan itu berbunyi:

“The Stinger missiles supplied by the United States gave Afghan guerrillas, generally known as the Mujahideen, the ability to destroy the dreaded Mi-24D helicopter gunships deployed by the Soviets to enforce their control over Afghanistan. #HISTINT #Museum”

Baca Juga: Padahal AS yang Tarik Pasukan Militernya dari Afghanistan, China Justru Diuntungkan dengan Hal Ini

Postingan itu telah memicu polemik dan diskusi seru, karena mengungkap secara terbuka keterlibatan CIA dan AS, membangun kekuatan mujahidin yang jadi cikal bakal Al Qaeda dan Taliban Afghanistan.

Postingan akun resmi dinas rahasia AS itu mengonfirmasi militan Afghanistan yang sama yang sekarang membunuh pasukan AS bukanlah teori konspirasi.

Cuitan itu sampai Rabu (7/4/2021) masih ada di akun Twitter CIA (terverifikasi).

Lewat postingan di Twitter itu CIA terlihat membanggakan tampilan peluncur rudal FIM-92 Stinger, yang di tangan gerilyawan Afghanistan mampu menghancurkan helikopter tempur Mi-24D Soviet yang ditakuti.

Baca Juga: Seorang Gurkha Ini Sendirian Menghabisi 30 Taliban Menghabiskan 250 Peluru Senapan Mesin, 6 Granat, dan Sebuah Ranjau, Dipprasad Pun: 'Saya Pikir Saya Pasti Akan Mati'

Operasi Topan (Cyclone) adalah operasi rahasia terpanjang dan termahal CIA, dan melihat badan tersebut secara diam-diam menyalurkan senjata dan uang kepada pejuang Mujahidin Afghanistan awal 1980-an.

AS melancarkan kampanye gerilya melawan pasukan Soviet yang menduduki Afghanistan dan menaikkan pemerintahan pro-Moskow.

Program itu berlanjut di bawah pemerintahan Presiden Jimmy Carter, Ronald Reagan dan George HW Bush, karena AS bersikeras Mujahidin adalah pejuang kemerdekaan.

Para pejuang ini, yang menganggap Osama Bin Laden sebagai sekutunya, pada akhirnya akan berubah menjadi Taliban, sebuah kelompok yang kini telah diperangi AS di Afghanistan selama hampir dua dekade.

Baca Juga: Dijajah Pasukan Amerika atau Dikuasai Militan Taliban, WargaAfghanistan Bak Dipaksa Makan Buah Simalakama Terkait Masa Depan, Semua Opsi Seperti Bunuh Diri

Mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengakui pada 2010, orang-orang yang kami lawan hari ini, kami danai 20 tahun yang lalu.

Ia menambahkan mempersenjatai para jihadis terdengar seperti ide yang bagus pada saat itu.

Postingan ini direspon warganet , yang sebagian besar mengejek CIA.

“Inilah mengapa Anda harus percaya hampir semua tuduhan CIA di seluruh dunia,” tulis salah satu dari mereka.

Baca Juga: Joe Biden di Ambang Ketakutan, Ditagih Janji Tarik Pasukan Amerikadari Afghanistan, TapiTerancam Dituduh Penipuoleh Taliban dan Rakyatnya Sendiri,'Semua Karena Janji Donald Trump Ini'

“Karena 20 tahun kemudian mereka akan mengakuinya,” tulis komentator lainnya.

Operasi Topan berakhir pada 1989, meskipun uang masih mengalir ke Mujahidin selama perang saudara Afghanistan 1989-1992.

Pertempuran antarfaksi ini mengarah konflik antar-jihadis brutal yang hanya berakhir dengan kemenangan Taliban pada 1996.

Program CIA adalah salah satu dari lebih dari 80 upaya di seluruh dunia untuk mengubah rezim oleh pemerintah AS selama abad ke-20.

Baca Juga: Terbunuh atau Dibunuh, Anak-anak Korban Perang di Afghanistan Diberi Pilihan Sulit, 'Ditembaki Pasukan Militandi Tanah Kelahiran atau Mati Kedinginan di Negara Tetangga'

Media Russia Today menyindir suatu saat nanti mungkin Pentagon akan memposting gambar rudal TOW yang digunakan jihadis Al-Nusra untuk menghadapi tank Angkatan Darat Suriah.

Mungkin mantan nomor dua Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland suatu hari akan mengenang kembali penuh kasih saat dia membantu merekayasa kudeta di Ukraina.

Namun, mereka mungkin hanya melihat bagaimana cuitan akun CIA itu dicopot dan memutuskan untuk tetap diam selamanya.

Taliban Ancam AS JIka Tak Tarik Pasukan

Baca Juga: Pimpinannya Telah Lama Dimusnahkan Amerika, Al-Qaeda Baru-baru Ini Umumkan Perang Lawan Amerika, Ternyata Begini Detik-detik Saat Osama Bin Laden Ditangkap

Perkembangan terbaru dari medan konflik Afghanistan, Taliban telah memperingatkan Washington agar menghormati perjanjian era Trump.

Mereka meminta Presiden Joe Biden menarik pasukan AS dan NATO keluar dari Afghanistan pada 1 Mei 2021, dan memperingatkan akan ada pembalasan jika kesepakatan itu dilanggar.

"Mereka harus pergi," kata Suhail Shaheen, seorang anggota tim perunding Taliban, kepada wartawan di Moskow pecan lalu.

Tetap bercokolnya pasukan AS dan koalisi setelah 1 Mei 2021, akan dianggap pelanggaran perjanjian dan akan ada reaksi.

Baca Juga: Tak Heran SAS Inggris Mampu Bunuh 5 Teroris ISIS Sekali Tembak, Ini Bukti Kehebatan Pasukan Khusus Terbaik Dunia Itu, Mampu Lumpuhkan Musuh Hanya dengan Palu

“Kami berharap ini tidak akan terjadi, mereka mundur dan kami fokus pada penyelesaian, penyelesaian damai masalah Afghanistan, untuk mewujudkan gencatan senjata permanen dan komprehensif di akhir pencapaian peta jalan politik (untuk) Afghanistan,” kata Suheil.

Penarikan pasukan secara luas dari Afghanistan telah dipertanyakan sejak Joe Biden menjabat.

Biden pekan ini mengatakan memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan Trump akan sulit.

Ia mengkritik kesepakatan yang tahun lalu itu.

"Faktanya itu bukan kesepakatan negosiasi yang sangat solid seperti yang dikerjakan presiden, mantan presiden," kata Biden.

“Jadi kami sedang berkonsultasi dengan sekutu kami, serta pemerintah (Afghanistan),” imbuhnya.

Kesepakatan yang dicapai pemerintahan Trump bergantung pada Taliban yang memasuki negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.

Baca Juga: Mengusir 30 Taliban: 400 Putaran Senjata, Luncurkan 17 Granat, Ledakkan Ranjau, dan Gunakan Tripodnya sebagai Senjata

Kesepakatan itu mencakup pencegahan serangan teroris yang direncanakan di wilayah tersebut terhadap pasukan AS dan sekutunya.

Shaheen, juru runding Taliban, menjelaskan pihaknya menginginkan pemerintahan Islam, meskipun dia tidak merinci apakah ini berarti menolak hak-hak kelompok tertentu, seperti perempuan.

Dia menegaskan, bagaimanapun, pemerintah saat ini tidak sesuai dengan agenda mereka. Saat ini ada 2.500 tentara AS di Afghanistan.

(*)

Artikel Terkait