Nah, di bawah Presiden Joe Biden, AS kini telah menyatakan niatnya untuk bergabung kembali dengan JCPOA.
Namun, Teheran bersikeras bahwa mereka hanya akan kembali nurut di bawah kesepakatan nuklir jika Washington mencabut sanksi terlebih dahulu.
Kampanye 'tekanan maksimum' mantan Presiden Trump terhadap Iran membuat AS menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.
Abolghasem Bayyenat, pakar nuklir dari Harvard University, mengatakan bahwa tindakan Trump meninggalkan luka pada hubungan antara kedua negara.
"Pengunduran diri Trump dari JCPOA seperti menusuk Iran dari belakang," kata Abolghasem Bayyenat seperti dilansir dari express.co.uk pada Jumat (26/3/2021).
"Itu seperti meninggalkan rasa pengkhianatan yang mendalam bagi warga Iran."
"Warga Iran seolah percaya dengan politisi konservatif lama, di mana AS bukanlah mitra yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya."
"Serta keterlibatan apa pun dengan AS hanya akan berumur pendek."
Padahal dengan JCPOA, itu akan mengakhiri ancaman Iran yang memiliki senjata nuklir dan mengurangi ketegangan AS dengan Timur Tengah.
Selain itu, JCPOA berpotensi dapat menempatkan hubungan Iran-AS di jalur baru dan membuka jalan baru untuk kerja sama.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR