Intisari-online.com -Rencana China yang telah lama mengancam stabilitas Australia disebut dapat terjadi lebih cepat dari yang ditakutkan.
Ancaman dari Partai Komunis China untuk menyerang Taiwan ternyata serius dan lebih mematikan daripada yang dipahami orang-orang.
Hal itu disampaikan oleh Laksamana AS yang terpilih memimpin pasukan Pentagon di Indo-Pasifik.
Melansir Yahoo! Australia dari AFP, berbicara kepada Senat AS Selasa kemarin, ia mengatakan China mempertimbangkan mengklaim kembali Taiwan sebagai "prioritas utama".
Ia juga mengatakan jika berbicara mengambil kendali negara demokrasi berpenduduk 24 juta jiwa, "peremajaan Partai Komunis China dipertaruhkan".
Ancaman berulang China untuk mengklaim kembali Taiwan secara paksa telah mengubah Selat Taiwan menjadi titik nyala global dengan pengamat memperingatkan potensi konflik akan segera meledak.
Kemungkinan China bergerak 'setelah menjadi tuan rumah Olimpiade'
Laksamana Aquilino mengatakan kepada Komite Pasukan Bersenjata Senat setuju dengan pendapatnya, bahwa ia tidak setuju dengan perkiraan pendahulunya.
Pendahulunya, Laksamana Philip Davidson, baru-baru ini mengatakan China dapat mencoba menyerang dan mengambil Taiwan paling cepat 6 tahun dari sekarang.
"Opiniku adalah masalah ini jauh lebih dekat ke kita daripada pemikiran kebanyakan, dan harus dipikirkan dengan cepat dan matang," ujar Aquilino.
Berspekulasi mengenai skenario potensial selama sidang dengar, senator Republik Hawkish, Tom Cotton, menarik contoh militer Rusia menduduki Krimea beberapa hari setelah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2014.
Ia kemudian berpikir jika China bisa melakukan hal serupa setelah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.
Aquilino menolak berkomentar mengenai kemungkinan China menyerang Taiwan tahun depan.
Peringatan mengenai simpanan senjata China
Aquilino mengatakan, ancaman itu sampai membuat AS perlu meloloskan rencana 27 miliar Dollar AS untuk mendorong pertahanan AS di Indo-Pasifik "dalam waktu dekat dan dengan sangat mendadak".
"Partai Komunis China telah menerapkan beberapa kemampuan di wilayah yang dirancang untuk mendorong kita pergi," ujarnya.
"Kekhawatiran paling berbahaya adalah pasukan militer terhadap Taiwan."
Ia mengatakan janji pemimpin China untuk tidak memiliterisasi pulau di Laut China Selatan adalah "palsu".
"Kita harus tidak hanya mendengarkan kata-kata, mencari kata yang muncul tapi juga perbuatannya…semua pulau telah dimiliterisasi," ujarnya.
Ia menambahkan China meningkatkan stok senjata hulu ledak nuklir "lebih cepat daripada siapapun sebelumnya."
Australia diperingatkan mengenai prospek konflik
Taiwan pisah dari China di akhir perang sipil 1949, dan sudah lama menjadi sekutu AS.
Namun Beijing telah selalu mempertahankan klaim kedaulatan mengenai pulau tersebut.
Presiden China Xi Jinping belum memerintahkan penggunakan pasukan untuk menundukkan Taiwan.
Jika itu terjadi, AS dan sekutunya tentu saja akan masuk ke konflik yang memanas.
"Prospek konflik itu nyata dan jelas-jelas atas Taiwan," ujar Profesor John Blaxland dari ANU College of Asia & the Pacific.
Ia melihat tekanan China yang terus berlanjut bahwa mereka akan mengklaim kembali negara itu sebagai "kartu liar" yang dapat melihat Australia diseret ke dalam konflik yang bersangkutan.
Departemen Pertahanan Australia diperingatkan tahun lalu jika pemerintahan Xi Jinping "kemungkinan besar" berupaya mengambil Taiwan menggunakan "semua jenis perang" sebagaimana mereka lanjut mengadopsi taktik yang biasa yaitu mengintimidasi melawan target yang sudah dibidik.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini