Intisari-online.com -Taiwan sedang di ambang ancaman China, dan saat ini hanya bertumpu dengan Amerika Serikat untuk menahan China.
Namun, sepertinya AS semakin tidak bisa diharapkan.
Dilansir dari Channel News Asia, China dapat menyerang Taiwan dalam 6 tahun ke depan.
Beijing sedang mempercepat pergerakannya untuk ungguli kekuatan militer AS di Asia.
Hal tersebut dikabarkan oleh pemimpin komando AS Selasa kemarin (9/3/2021).
Taiwan hidup dalam ancaman terus-terusan dari China.
Pemimpin China, Xi Jinping, menganggap pulau itu sebagai bagian dari teritori China dan berjanji merebut pulau itu suatu hari nanti.
"Aku khawatir jika mereka (China) mempercepat ambisinya untuk menyaingi AS dan peran pemimpin kami di peraturan internasional tahun 2050 nanti," ujar diplomat militer top Washington di Asia-Pasifik, Laksamana Philip Davidson.
"Taiwan sudah jelas salah satu ambisi mereka sebelum itu. Dan kurasa ancaman itu akan terwujud dalam 10 tahun ini, bahkan mungkin dalam 6 tahun ini saja," ujar komite Senat AS.
Taiwan pisah dari China di akhir perang sipil 1949.
Washington mengubah pengenalan diplomasi dari Taiwan ke China 1979, tapi tetap menjadi sekutu tidak resmi paling penting serta pendukung militernya.
Donald Trump menerima hubungan hangat dengan Taiwan saat ia bermasalah dengan China dalam isu perdagangan dan keamanan nasional.
Sementara itu administrasi Biden telah menawarkan bantuan untuk Taiwan untuk optimisme melanjutkan dukungan.
Hal tersebut disampaikan Departemen Luar Negeri, mengatakan Januari lalu jika komitmen AS ke pulau itu "sekuat batu".
Duta besar de fakto Taiwan ke AS secara resmi diundang ke inagurasi Biden, pergerakan tidak terduga sejak 1979.
China juga membuat klaim sepihak di perairan kaya sumber daya Laut China Selatan dan bahkan mengancam pulau Amerika, Guam.
"Guam sedang ditarget saat ini," ia memperingatkan, menyebut militer China merilis video melatih serangan di pangkalan militer pulau itu.
Ada dugaan kuat China akan menyerang fasilitas AS di Diego Garcia dan Guam.
Ia menyeru pembuat hukum menyetujui pemasangan baterai anti-rudal Aegis Ashore di Guam.
Aegis Ashore adalah alat penangkal rudal yang mampu melawan rudal terkuat China.
Guam "perlu dilindungi dan perlu disiapkan untuk ancaman yang akan datang ke depannya," ujar Davidson.
Ditambahkan ke sistem pertahanan rudal Aegis yang diberikan ke Australia dan Jepang, Davidson mengatakan kepada pembuat hukum untuk menganggarkan anggaran untuk persenjataan ofensif.
Gunanya adalah "untuk memberi tahu China jika biaya dari apa yang ingin mereka lakukan terlalu tinggi".
Sementara itu dikutip dari The Guardian, Davidson mengatakan "basis yang lebih luas dari tembakan presisi jarak jauh, diaktifkan oleh semua kekuatan terestrial kami baik laut, darat dan udara, penting untuk menstabilkan lingkungan yang menjadi tidak stabil di Pasifik barat."
Sementara Pentagon mengatakan pihaknya mendukung penempatan rudal semacam itu di kawasan itu, sekutu di Asia sejauh ini tampaknya menentang gagasan untuk menampung mereka.
Davidson mengatakan, bagaimanapun, bahwa pertahanan rudal tidak cukup untuk mencegah musuh potensial.
“Pertahanan rudal adalah hal tersulit untuk dilakukan. Dan jika saya adalah manajer tim bisbol, jika saya dapat memiliki pertahanan terbaik di dunia tetapi jika saya tidak dapat mencetak beberapa angka, saya tidak dapat memenangkan pertandingan, "kata Davidson.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini