Intisari-online.com - Jika melihat dari tampangnya, tentu banyak yang mengira Joe Biden akan lebih dingin dalam mengambil tindakan ketimbang Donald Trump.
Nyatanya justru sebaliknya, kasus dengan Iran belakangan ini menunjukkan betapa galaknya sikap asli Joe Biden.
Dalam kasus ini, kita bisa melihat sikap Donad Trump yang jauh lebih dingin ketimbang Joe Biden, dalam contoh kasus awal tahun 2020 lalu.
Pada waktu itu, sejak melakukan pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, Iran memang marah besar pada Amerika sehingga melakukan upaya balas dendan secara militer.
Pada 7 Januari 2020, Iran melakukan serangan ke pangkalan militer AS dengan rudal, sehingga menghancurkan pangkalan militer AS di Irak.
Namun, Donald Trump justru enggan melakukan serangan balasandari upaya balas dendam Iran tersebut.
Dalam hal ini Donald Trump mengatakan enggan mengerahkan kekuatan militer untuk membalas Iran, setelah melakukan rapat dengan para petinggi negara.
Sementara itu, sikap berbeda ditunjukkan oleh Joe Biden, baru-baru ini dengan terus menggelonggong militernya untuk menggempur Iran.
Sejak insiden dengan Iran memanas, pasca AS menjatuhkan bom di Suriah di era Joe Biden, balasan demi balasan dari Iran dan AS terus dilancarkan.
Menurut 24h, pada Minggu (7/3/21), dua pembom B-52 Amerika bahkan dikerahkan, setelah pangkalan militer AS di Irak, dihantam 10 roket Iran.
Bersamaan dengan beberapa hari lalu kapal niaga Israel juga mengalami ledakan dasyat, yang diduga dilakukan Iran.
Komando Pusat AS mengumumkan dua B-52 terbang di atas daerah itu dengan dukunganjet tempur dari Israel, Arab Saudi dan Qatar.
Ini adalah keempat kalinya pembom B-52 muncul di Timur Tengah dan kedua kalinya di bawah Biden.
Data penerbangan menunjukkan dua B-52 lepas landas dari pangkalan Minot di North Dakota.
Militer AS tidak secara langsung menyebut Iran dalam pesan peringatan.
Namun, mengatakan bahwa penerbangan terbaru, ditujukan untuk menghalangi agresi musuh dan meyakinkan sekutu, bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk memastikan keamanan di kawasan.
Berbicara di Pentagon, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan bahwa AS akan memberikan tanggapan setelah serangan roket.
Austin berkata bahwa Iran harus ikut bertanggung jawab atas ancaman nyawa tentara AS yang ditempatkan di Irak.
"Kami akan meminta pertanggungjawaban mereka," kata Austin, membiarkan kemungkinan penggunaan kekerasan terbuka.
Sejak menjabat, Presiden AS Joe Biden tidak menunjukkan tanda-tanda akan terus menarik pasukan dari Irak.
Masih ada sekitar 2.500 tentara AS yang hadir di Irak, meskipun Majelis Nasional sangat menentang.
Selain itu, tindakannya yang terus menggelonggong Timur Tengah dengan pasukan militer diyakini akan bisa membawa AS di ambang peperangan dengan Iran.