Tak Tanggung-tanggung, Militer AS Nyatanya Mampu Kuasai Suatu Negara dalam Waktu Seminggu Saja, Begini Caranya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com -Betapapun merepotkannya, harus diakui bahwa kekuatan militer Amerika Serikat (AS) memang yang paling kuat saat ini.

Bayangkan mereka memiliki 11 kapal induk yang siaga di seluruh dunia.

Oleh karena itu, Amerika Serikat selalu menjadi yang terdepan dalam mencampuri kepentingan negara-negara di dunia.

Mengutip dari National Interest, Kamis (9/9/2019) salah satu operasi militer AS yang gilang gemilang adalah saat menyerang Irak pada tahun 2003.

Baca Juga: Senjata Bernyanyi Kremlin, Kobarkan Semangat Pasukan Soviet Lewat Lagu-lagu Propaganda ke Medan Perang Garis Depan hingga Buat Stalin Terkesan!

Saat itu pasukan Saddam Husein dilibas tanpa ampun dan dalam tempo satu minggu Irak jatuh ke tangan AS.

Lantas bagaimana cara militer AS bisa melakukan serangan ke Irak dan menguasainya hanya dalam tempo 7 hari saja.

1. Superioritas Udara

Pertama kalinya AS akan menyerang sebuah negara maka mereka akan melakukan bombardemen terlebih dahulu menggunakan jet-jet tempur ke titik-titik strategis musuh seperti pertahanan udara, markas militer dan pusat komunikasi agar lumpuh.

Baca Juga: Buntut Kudeta Militer di Myanmar, Amerika Menghukum dengan Cara Blokir Akses untuk Kementerian dan Bisnis Militer

Jet tempur AS baik dari AU maupun AL-nya sengaja melakukan serangan Interdiksi untuk memberi jalan bagi serangan gelombang berikutnya.

Dengan dikuasainya udara maka 50 persen kemenangan sudah berada di tangan Amerika.

2. Serbuan Mobile Udara (Mobud)

Lupakan cara mengangkut pasukan dengan truk untuk mengirim para tentara ke medan perang, militer AS sudah tak menggunakan metode usang seperti ini.

Baca Juga: Alih-alih ke Laut China Selatan yang Tengah Dikepung Sekutu Amerika,Mendadak Rusia Malah PutarArahke Afrika Selatan,Tak Disangka Ada Fakta Menggemparkan di Baliknya

Dibentuknya US Army Combat Aviation Brigade yang berintikan alutsista jenis Rotary Wing (helikopter) membuat mobilitas tempur pasukan AS amat luas.

Usai pertahanan udara musuh lumpuh oleh serangan udara awalan tadi, berbondong-bondong tentara AS dengan menaiki helikopter (Mobile Udara) di drop ke titik-titik tertentu untuk memulai aneksasi sebuah negara secara de facto.

3. Serangan Artileri Jarak Jauh

Untuk mendukung gerak maju pasukan AS, US Navy melalui kapal perusak, frigat dan kapal selamnya akan meluncurkan misil Tomahawk untuk menyerang target-target bernilai tinggi misalkan Istana kepresidenan dan pusat komando militer lawannya.

Baca Juga: Aksinya Gulingkan Pemerintah Dikecam Seluruh Dunia, Junta Militer Myanmar Ketahuan Pernah Mencoba Pindahkan Rp 15 Triliun dari Bank AS, 'Blokir Selamanya Saja,' Titah Joe Biden

Bukan hanya itu, tentara AS di darat juga bisa memanggil bantuan tembakan udara jika mereka menghadapai situasi amat berbahaya.

Tak pelak jika bantuan tembakan udara dipanggil maka bakal datang pesawat tempur macam A-10 Thunderbolt dan helikopter serang Apache yang amat doyan memangsa segala bentuk kendaraan lapis baja lawan.

4. Pergerakan Kavaleri

Main Battle Tank (MBT) M1A2 Abrams US Army juga digunakan sebagai ujung tombak serangan.

Baca Juga: China Makin Brutal di Laut China Selatan,Dokumen Ini Bongkar Rencana Masa Depan Militer Amerika, Negeri Paman Sam InginGempur China dengan Senjata Mematikan Ini

Usai adanya tentara AS didarat, maka secepat mungkin tank ini harus di-deploy ke palagan pertempuran demi menambah daya serang US Army.

Abrams sebisa mungkin harus menghancurkan tank-tank lawan karena bisa menjadi masalah besar jika mereka tak bisa dilumpuhkan.

5. Network Centric Warfare

Faktor ini yang paling krusial agar AS bisa menguasai negara yang diserangnya dalam tempo 1 minggu.

Baca Juga: Pantas Saja Tak Gentar Meski Lawannya Negara Terkuat di Dunia Sekalipun, Ternyata Ini Senjata-senjata yang Digunakan China untuk Menantang Amerika

Network Centric Warfare ialah pusat komunikasi terpadu yang di sana berada para perencana strategi AS dan memberikan komandonya ke seorang tentara dilapangan sekalipun.

Dengan adanya Network Centric Warfare pergerakan, operasi dan lainnya bisa lebih efisien, menghindari salah tembak sesama kawan dan mempersingkat jalannya pertempuran.

Namun, jika Amerika Serikat ingin menyerang suatu negara, ia harus berpikir dua kali.

Misalnya di Suriah, karena dukungan Rusia, pasukan darat mereka tidak berani menyerang pasukan rezim Assad.

Baca Juga: Israel Akhirnya Tak Bisa Berbohong Lagi, Terungkap Sudah Rencana Rahasia Mereka Untuk Menyerang Situs Nuklir Iran, Dibongkar oleh Menteri Pertahanannya Sendiri

(*)

Artikel Terkait