Bukan Daendels, Faktanya Jalan Raya Pos Sudah Dibangun oleh Sosok Ini, 50 Tahun Sebelum Kedatangan si Tangan Besi

K. Tatik Wardayati

Editor

Jalan Raya Pos, yang sebenarnya sudah dibuat sebelum kedatangan Daendels.
Jalan Raya Pos, yang sebenarnya sudah dibuat sebelum kedatangan Daendels.

Intisari-Online.com – Sempat ramai di media sosial mengenai perbincangan tentang Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels. Melansir komps.com, keramaian tersebut muncul lantaran unggahan Twitter Teddy Septiansyah melalui akunnya @Teddyslfc.

Ia mempertanyakan kebenaran mengenai sejarah pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan.

Pembangunan Jalan Raya di Pantai Utara hingga pemerintahan Daendels kemudian disebut Jalan Raya Pos atau Groote Postweg.

Baca Juga: Kerja Paksa Pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan yang Dibangun 'Mas Galak' Daendels Rupanya Tidak Seluruhnya Kerja Paksa Seperti yang Diceritakan Buku Sejarah, Ini Kisahnya

Jalan ini terbentang dari Anyer di Ujung Barat Jawa Barat sampai ke Panarukan di Ujung Timur Jawa Timur.

Ternyata, 50 tahun sebelum kedatangan Daendels, Jalan Raya Pos sudah dibangun.

Siapa yang membangunnya, simak tulisan Rudy Badil, yang pernah dimuat di Majalah Intisari Oktober 2008.

Demi strategi militer dan kelancaran komunikasi antar-kota dan daerah, Daendels memerintahkan semua pejabat asli Jawa untuk menata ulang jalur jalan raya tanah bebatuan di wilayahnya, atau membuat jalur jalan baru yang saat itu belum memakai aspal, apalagi semen betonan.

Baca Juga: 'Hidup Revolusi,' Ribuan Petani di India Bangkit Melawan PM Narendra Modi: 'Modi Ingin Menjual Tanah Kami'

Pekerjaan yang dikabarkan pustaka klasik sebagai karya selama setahunan, dengan pencapaian sekitar 1.000-an km (Anyer - Panarukan) itu tak hanya hebat, tapi juga menewaskan ribuan orang Jawa sepanjang pembuatannya.

Jalan raya de grote postweg atau Jln. Raya Pos ini dibuat demi kelancaran arus tapak kuda, kaki kerbau, sapi penghela roda kereta, cikar pedati, dan angkutan benda pos mulai surat hingga jasa pengiriman lainnya.

Namun pembuatan jalan ini sebenarnya bukan orisinil ide Daendels. Jauh hari sebelumnya, aktivitas pengiriman benda "pos darat" sudah ada di masa pemerintahan Gubjen Gustaaf Willem Baron van Imhoff (1746).

Lebih dari 50 tahun sebelum Daendels meneruskan pembangunan jalan pos darat Anyer- Panarukan, Baron van Imhoff yang pendiri Istana Buitenzorg (Bogor), sudah menyelenggarakan jasa pengiriman pos, baik via angkatan kapal layar laut dari Belanda vice-versa, kiriman pos laut antarpulau di Hindia Belanda, maupun kiriman pos darat antar-beberapa kota besar di Jawa.

VOC pun punya karyawan dinas pos dengan sebutan postmeester yang dibantu dua orang kerani atau klerk yang disumpah.

Maklum, dinas pos "taoen doea" itu khusus mengangkut dan mengirimkan dokumen penting negara, termasuk uang kontan gaji karyawan.

Sebuah dokumen menuturkan peristiwa 15 Maret 1789, tentang adanya hadiah 500 ringgit atau rijksdalder, thaler atau dollar, bagi siapa saja yang mampu menangkap pembunuh karyawan pos di Cirebon.

Baca Juga: Sempat Disebut 'Gila' oleh Istrinya Sendiri, Pria Ini Seorang Diri Bikin Selokan Selama 30 Tahun, Demi Atasi Kekeringan di Desanya, Dan Kini Julukannya pun Berubah

Seiring jatuhnya Kompeni pada 1799, bersamaan dengan pencabutan "hak oktroinya" sebagai pengusaha di Hindia Timur Belanda, sejak zaman Daendels dan seterusnya, pelayanan dan pemilikan kantor pos berada di tangan pemerintah.

Termasuk hak dan kewajiban pemerintah kolonial Belanda memeriksa dan menyensor surat dan segala isi kiriman lainnya.

Peta jalan Anyer-Panarukan.
Peta jalan Anyer-Panarukan.

Sayangnya, semenjak Daendels menyempurnakan jalur antarkota dan membangun jembatan yang khusus dilalui kendaraan angkutan, berlaku juga pajak "jalan tol" yang diberikan konsesinya ke pengusaha swasta.

Untuk kelancaran dan keamanan, dibangun pondokan untuk petugas keamanan pos, sekaligus pangkalan untuk menggilirkan kuda-kuda segar pengganti kuda hela sebelumnya.

Sistem penggantian dengan pos kuda, di beberapa daerah masih berbekas toponim dengan sebutan pos pengomben atau pos perhentian untuk kuda minum dan istirahat, atau ganti kuda segar baru.

Dengan cara begini, Daendels berusaha meraih cita-citanya menciptakan jalur ekspres atau jalur transportasi cepat untuk penyampaian informasi dari si pengirim ke si penerima, sejalan strategi militernya.

Daendels pun memikirkan servis buat pengguna jalan. Misalnya mengeraskan jalan raya dengan batuan kerikil agar roda tinggi kereta, cikar, dan pedati tidak mudah terperosok ke dalam lumpur.

Sedangkan mulai dari Anyer, melalui Serang dan Tangerang menuju Jakarta misalnya, terdapat 14 "stasion pos", tempat kuda pos diganti.

Dari 14 "stasion pos", delapan berada di Karesidenan Banten.

Sementara di Serang dan Tangerang didirikan penginapan tempat untuk makan dan bermalam...

Baca Juga: Herman Willem Daendels, Si Tangan Besi yang Terkejut saat Pertama Kali Injakkan Kaki di Batavia, Sampai Beri Julukan 'Kuburan Orang Belanda'

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait