Reog Ponorogo, Kisah Tarian Penggawa Raja Majapahit Terakhir yang Mengubah Sejarah dan Memantik 'Kasus Identitas'

Tatik Ariyani

Editor

Reog Ponorogo
Reog Ponorogo

Intisari-Online.com -Berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, Reog Ponorogo merupakan sebuah tarian tradisional yang lebih dari sekedar seni pertunjukan.

Reog Ponorogo juga melibatkan pertunjukan kehebatan fisik serta supernatural.

Masyarakat Kabupaten Ponorogo melihat Reog Ponorogo sebagai identitas mereka.

Ada beberapa cerita tentang asal mula Reog Ponorogo.

Baca Juga: Ini 6 Tradisi Menyeramkan Beberapa Suku di Dunia, Termasuk Jepit Kepala Bayi hingga Makan Abu Orang Mati

Melansir Ancient Origins, yang paling populer adalah Ki Ageng Kutu, seorang punggawa Majapahit yang hidup pada abad ke-15.

Ki Ageng Kutu bertugas di istana Kertabhumi Bhre (sering disamakan dengan Brawijaya V), raja terakhir Kerajaan Majapahit.

Selama periode ini, kekaisaran mengalami kemunduran, pengadilan korup, dan raja tidak kompeten.

Ki Ageng Kutu meramalkan bahwa kekaisaran akan berakhir dan memutuskan untuk meninggalkan istana.

Baca Juga: Patahkan Asumsi Publik Tentang Ketidakpeduliannya, Trump Rupanya Tinggalkan Catatan 'Kejutan' untuk Joe Biden Layaknya Tradisi Pendahulunya, Apa Isinya?

Ia tiba di Ponorogo dan mendirikan sebuah lembaga untuk mendidik kaum muda dengan seni bela diri serta ilmu kebatinan.

Harapan Ki Ageng Kutu, murid-muridnya akan menghidupkan kembali masa kejayaan Kerajaan Majapahit.

Meskipun demikian, jumlah pengikutnya sedikit dan tidak akan mampu untuk melawan kekuatan tentara Majapahit.

Oleh karena itu, untuk menyampaikan pesannya kepadamasyarakat yang lebih luas, dan untuk mendapatkan dukungan mereka, Ki Ageng Kutu merancang Reog Ponorogo.

Strategi ini berhasil, dan tarian tersebut menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Ponorogo.

Raja Majapahit mengetahui situasi tersebut dan mengirimkan pasukan untuk melawan Ki Ageng Kutu dan para pengikutnya.

Meski sekolah hancur, paramurid terus berlatih seni mereka secara diam-diam.

Mengenai Reog Ponorogo, raja tidak dapat menghentikan pertunjukannya di depan umum karena sudah mendapatkan banyak popularitas.

Baca Juga: Dikepung Kapal Nuklir dari Negara-Negara Barat, China Panik Sampai Minta Bantuan Negara Asia Tenggara Padahal Dulunya Bersengketa dengan China

Sebagai gantinya, plot baru ditambahkan, bersama dengan karakter baru dari cerita rakyat Ponorogo.

Reog Ponorogo akhirnya menjadi tarian tradisional masyarakat Ponorogo.

Kekayaan simbolisme Reog Ponorogo juga terlihat pada karakter Singa Barong, monster singa yang menakutkan dengan bulu merak di kepalanya.

Singa itu konon mewakili raja Majapahit, sedangkan bulu adalah ratunya. Ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap raja, yang, meskipun terlihat garang, dikendalikan oleh ratu.

Kasus Identitas

Pada tahun 2007, sebuah iklan pariwisata Malaysia, yang merupakan bagian dari kampanye Malaysia Truly Asia, menampilkan Tari Barongan.

Tarian ini mirip dengan Reog Ponorogo, tapi kemungkinan dibawa oleh pendatang dari Indonesia.

Baca Juga: Sama-sama Punya Masalah dengan Amerika, Ternyata Korea Utara Kembali Lagi Bentuk Aliansi Dengan Negara Timur Tengah Ini untuk Ciptakan Rudal Penjelajah

Bagi masyarakat Ponorogo, hal tersebut dianggap sebagai pencurian identitas, karena iklan tersebut tidak menyebutkan asal usul tarian tersebut.

Selanjutnya, kata 'Reog Ponorogo' pada topeng Singa Barong diganti dengan kata 'Malaysia', yang memperburuk keadaan.

Namun,sisi baiknya adalah antusiasme terhadap tarian tradisional Reog Ponorogo semakin meningkat.

Meski demikian, penyebaran dan perkembangan Reog Ponorogo di belahan dunia lain berbenturan dengan keinginan masyarakat Ponorogo untuk melindungi tarian tradisional ini.

Ini adalah masalah pelik yang mungkin diselesaikan di masa mendatang.

Artikel Terkait