Amerika Serikat Siap Ajak Musuh Abadinya Mulai Mengontrol Senjata, Kemarin Rusia Sekarang China, Apa Penyebabnya?

Maymunah Nasution

Editor

China lakukan uji coba nuklir
China lakukan uji coba nuklir

Intisari-online.com -Dewasa ini persaingan senjata yang makin tidak teratur membahayakan hampir semua orang.

Amerika Serikat sadar, kemungkinan perang makin besar terjadi.

Oleh sebab itu, AS mulai mengajak musuh-musuhnya mengontrol senjata.

Rabu (3/2/2021) AS umumkan perjanjian pembatasan nuklir dengan Rusia resmi diperpanjang sampai 2026.

Baca Juga: Ketakutan Setengah Mati, Israel Bersumpah Akan Serang Iran Meski Tanpa Bantuan AS, Ternyata Ini yang Ditakutkan Israel Jika Tidak Segera Hancurkan Iran

Kini, negeri paman Sam mengincar upaya serupa dengan rival lainnya, China.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan, New Strategic Arms Reduction Treaty (New START) membuat Amerika Serikat, sekutu, serta mitra lainnya menjadi lebih aman.

"Persaingan nuklir yang tidak dibatasi akan membahayakan kita semua," ungkap Blinken seperti dikutip dari Kyodo.

Blinken mengatakan, ke depan AS akan mengupayakan kontrol senjata bersama dengan China demi mengurangi bahaya dari persenjataan nuklir China yang modern dan terus berkembang.

Baca Juga: Mampu Melesat 20 Kali Kecepatan Suara dan Bawa hingga 2 Megaton Hulu Ledak Nuklir, Rudal Hipersonik Avangard Muncul Bak Meteor dari Rusia

Rencana ini sudah sempat diungkapkan oleh Pemerintahan Donald Trump. Sayangnya, Beijing ketika itu tidak menunjukkan minat untuk datang ke meja perundingan.

Saat itu, Trump bersikeras ingin memasukkan China ke dalam New START, demi mengontrol produksi hulu ledak nuklir rivalnya tersebut.

Niat ini nampaknya akan diteruskan oleh Pemerintahan Joe Biden.

Perpanjangan perjanjian New START

Baca Juga: Jenderal Amerika Ini Ungkap Perang Nuklir Tak Bisa Dihindari Lagi, Rusia dan China Semakin Agresif AS Terpaksa Siapkan Senjata Ini

AS dan Rusia pada Rabu saling bertukar catatan diplomatik terkait kesepakatan untuk memperpanjang New START.

Kesepakatan baru juga mulai berlaku pada hari yang sama dan akan berakhir 5 Februari 2026.

New START membatasi kedua negara untuk tidak memiliki lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir dan tidak lebih dari 800 peluncur rudal balistik antarbenua.

Kesepakatan juga mengatur jumlah peluncur rudal balistik yang diluncurkan kapal selam serta pembom berat yang dilengkapi untuk persenjataan nuklir.

Baca Juga: Membelot dari Korea Utara, Mantan Duta Besar Ini Ungkap Kim Jong-un Takkan Pernah Hentikan Program Nuklir untuk Tundukkan Amerika

Perjanjian tersebut mulai berlaku pada Februari 2011 untuk jangka waktu 10 tahun dan berakhir 5 Februari 2021.

Saat disepakati untuk yang pertama kali, baik AS maupun Rusia sepakat untuk memperpanjangnya untuk jangka waktu tidak lebih dari lima tahun.

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah menyetujui perpanjangan tersebut selama pembicaraan telepon pertama mereka setelah Biden menjabat pada 20 Januari.

Selama bertahun-tahun, New START telah menjadi satu-satunya perjanjian kendali senjata antara dua negara adidaya nuklir dunia.

Baca Juga: Bermusuhan dengan AS Selama Perang Dingin, Ibu Kota Rusia Nyaris Lenyap dari Peta Dunia oleh Serangan Nuklir NATO

Terlebih, setelah Trump menarik diri Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty yang berlaku sejak 1987 karena menilai ada pelanggaran yang dilakukan oleh Rusia.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait