Selain itu adanya faktor pengetatan anggaran karena Covid-19 juga berpengaruh dalam pendanaan mega proyek ini.
Menurut anggota Parlemen Shin Won-Shik dari pihak oposisi People Power Party atau Partai Kekuatan Rakyat, Indonesia hanya membayar 227,2 miliar won dari 831,6 miliar won sebagaimana yang dijanjikan pada tahun ini.
Pembayaran yang dilakukan Indonesia selama ini hanya mencakup sekitar 13 persen dari komitmennya.
Selain pembayaran yang dipotong, Indonesia juga disebut tidak mengirimkan kembali 114 spesialis teknis dari PT Dirgantara Indonesia (DI) yang dipulangkan karena Covid-19 saat itu menjalar di Negeri Ginseng.
Diketahui, total biaya pengembangan ini diperkirakan menembus 8,5 triliun won.
Di mana 1,6 triliun won atau sekitar 20 persennya ditanggung Indonesia berdasarkan kontrak kerja sama pada 2016.
Proyek yang dikerjakan produsen pesawat militer Korea Aerospace Industries (KAI) bertujuan menghasilkan 125 jet untuk Korea dan 51 jet untuk Indonesia pada 2026.
Progres dari pengembangan ini sudah dalam tahap perakitan purwarupa, yang rencananya akan menjalani penerbangan perdana pada 2022.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR