Intisari-online.com -Jet tempur adalah salah satu senjata yang penting bagi militer manapun.
Itulah sebabnya banyak negara-negara yang memproduksi sendiri jet tempur untuk memperkuat pertahanan negara mereka.
Bagi militer dari negara kaya seperti Amerika Serikat ataupun Rusia mereka siap membangun jet tempur generasi baru.
Kedua negara tersebut masih memiliki militer yang berada di posisi unggulan sehingga bagi mereka memproduksi jet tempur baru bukan masalah.
Namun untuk negara-negara yang tidak begitu kaya dalam memproduksi jet tempur, pengadaan jet tempur dilakukan dengan membeli dari negara lain.
Indonesia sendiri tercatat masih membeli jet tempur dari berbagai negara.
Akhir tahun 2020 lalu tercatat jika Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berhasil mencatat kontrak dengan Amerika Serikat untuk pembelian jet tempur F-15.
Lantas pertanyaan yang muncul adalah apakah Indonesia berniat membangun sendiri jet tempur masa depan?
Rupanya, militer Indonesia juga memiliki impian tersebut.
Namun Indonesia tidak menggarapnya sendirian dan memilih mengajak negara lain bekerjasama untuk membangun jet tempur itu.
Bersama Korea Selatan, Indonesia membangun proyek militer bernama jet tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X).
Pengembangan pesawat ini sudah dimulai sejak 9 Maret 2009 lalu.
Namun akhir tahun 2020 lalu dikabarkan jika Indonesia malah akan menarik diri dari mega proyek ini.
Seperti dilaporkan media Korea Selatan, Korea JoongAng Daily Senin (28/12/2020) lalu, Indonesia diprediksi hengkang dari program ini.
Hal ini karena keberangan Jakarta atas lambannya pengerjaan pesawat itu.
Indonesia saat ini memang memerlukan militer yang kuat karena menghadapi agresivitas China atas klaim mereka di Laut Natuna.
Selain itu adanya faktor pengetatan anggaran karena Covid-19 juga berpengaruh dalam pendanaan mega proyek ini.
Menurut anggota Parlemen Shin Won-Shik dari pihak oposisi People Power Party atau Partai Kekuatan Rakyat, Indonesia hanya membayar 227,2 miliar won dari 831,6 miliar won sebagaimana yang dijanjikan pada tahun ini.
Pembayaran yang dilakukan Indonesia selama ini hanya mencakup sekitar 13 persen dari komitmennya.
Selain pembayaran yang dipotong, Indonesia juga disebut tidak mengirimkan kembali 114 spesialis teknis dari PT Dirgantara Indonesia (DI) yang dipulangkan karena Covid-19 saat itu menjalar di Negeri Ginseng.
Diketahui, total biaya pengembangan ini diperkirakan menembus 8,5 triliun won.
Di mana 1,6 triliun won atau sekitar 20 persennya ditanggung Indonesia berdasarkan kontrak kerja sama pada 2016.
Proyek yang dikerjakan produsen pesawat militer Korea Aerospace Industries (KAI) bertujuan menghasilkan 125 jet untuk Korea dan 51 jet untuk Indonesia pada 2026.
Progres dari pengembangan ini sudah dalam tahap perakitan purwarupa, yang rencananya akan menjalani penerbangan perdana pada 2022.
Menurut salah satu sumber pemerintah Korsel, pejabat Indonesia meminta negosiasi ulang kesepakatan awal proyek ini.
Pejabat Indonesia yaitu Menhan Prabowo sendiri, yang sedang lakukan renegosiasi kesepakatan proyek ini.
Negosiasi itu berupa meminta lebih banyak dikirimkan teknologi sebagai imbalan atas komitmennya, termasuk keinginan adanya pengurangan beban dari 20 persen menjadi 15 persen biaya kerja sama tersebut.
"Tidak ada kesepakatan yang dicapai dan negosiasi tetap berlangsung," kata pejabat tersebut.
Baca Juga: Viral Kesepakatan Prabowo dengan Prancis, Ini Daftar Alutsista yang Siap Diboyong Indonesia
Kendati demikian, Pemerintah Korsel memastikan bahwa proyek ini tetap akan berjalan sesuai rencana sekalipun Indonesia akan menarik diri.
Sebelumnya, Menhan Prabowo Subianto diketahui ingin menegoisasi ulang dalam pembiayaan program pembuatan pesawat tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X).
Langkah negosiasi ulang ini dilakukan setelah sebelumnya Indonesia dilaporkan mengalami penunggakan biaya proyek bersama itu.
"Saat ini pemerintah akan melakukan renegoisasi tahap berikutnya terkait dengan cost share yang harus dibayar oleh Pemerintah Indonesia, termasuk renegoisasi terkait keberlanjutan proyek tersebut," ujar Juru Bicara Menhan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam keterangannya, Selasa (7/9/2020).
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini