Mengutip Japan Times, dua adik laki-laki Galhos tidak seberuntung itu. Mereka berdua dibunuh saat masih anak-anak oleh tentara Indonesia.
“Alasan saudara laki-laki saya terbunuh adalah karena mereka menangis karena kelaparan,” katanya Galhps.
Galhos juga menceritakan, saat masih seorang siswa sekolah dasar berusia 10 tahun, suatu hari tentara muncul di sekolah dan menuntut agar semua siswa perempuan berbaris di luar gedung sekolah.
Mereka kemudian disuntik dengan Depo Provera untuk menyebabkan kemandulan. Para prajurit tidak berhenti sampai di sini.
“Mereka datang ke setiap rumah, setiap sekolah. Mereka mengantre semua wanita - bahkan wanita yang sudah menikah - dan mereka menyuruh kami memberikan tubuh kami ke Indonesia, ” kata Galhos.
Pada awal 1980-an, pemerintah Indonesia meluncurkan program “keluarga berencana” di Timor Lorosae.
Seperti yang diamati oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Uskup Carlos Belo, "Dengan begitu banyak yang tewas, kami tidak memiliki masalah populasi di sini."
Pada tahun 1994, Uskup Belo melaporkan bahwa perempuan desa menjadi sasaran “program sterilisasi sistematis” di klinik desa yang berada di bawah pengawasan pos militer.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR