Intisari-online.com -Dikutip dari 24h.com.vn, berita dari pejabat Amerika Serikat bocor.
Berita tersebut berupa laporan yang menganggu tentang anggota parlemen yang mengancam akan membunuh atau menyerang di luar Capitol.
Saat ini meskipun Donald Trump sudah tidak menjabat, tapi Kongres AS sedang memakzulkannya.
Hal ini rupanya yang memunculkan ancaman pembunuhan.
Ancaman ini juga ditambah dengan kekhawatiran jika pengunjuk rasa bersenjata akan kembali ke gedung parlemen.
Hal inilah yang menyebabkan ribuan pasukan Garda Nasional tetap berjaga di Gedung Capitol, Washington, sementara Senat melanjutkan untuk mendakwa Trump.
Kerusuhan yang mengejutkan di Capitol pada 6 Januari membuat para pejabat federal mempertimbangkan kembali masalah keamanan di dalam dan di luar gedung, yang mengarah ke blokade yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pelantikan Presiden Joe Biden.
Terlepas dari keberhasilan acara tersebut dan tidak ada protes bersenjata domestik, ancaman yang ditujukan kepada anggota parlemen menjelang pemakzulan Trump telah menunjukkan bahwa bahaya tersebut belum dipadamkan.
Ancaman yang dilakukan oleh penegak hukum bervariasi dalam hal keandalan dan kekhususan, mirip dengan ancaman yang ditujukan pada pelantikan Pak Biden, kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.
Kebanyakan dari mereka diposting online dan di grup obrolan, termasuk konspirasi untuk menyerang anggota parlemen dalam perjalanan ke dan dari Capitol selama persidangan.
Petugas penegak hukum mulai merencanakan kemungkinan kembalinya pengunjuk rasa bersenjata ke Washington ketika persidangan pemakzulan dimulai pada 8 Februari.
Ini adalah pertama kalinya seorang mantan presiden dimakzulkan.
Meskipun sebagian besar tindakan keamanan yang diambil di Washington sebelum pelantikan telah hilang, sekitar 7.000 penjaga akan tetap berada di ibu kota untuk memberikan dukungan.
Departemen Garda Nasional mengatakan pada 24 Januari, jumlah tentara di Washington kurang dari 20.000 orang.
Dalam beberapa hari mendatang, hampir 13.000 tentara akan pulang.
Jumlah penjaga di Washington terus menurun dalam beberapa minggu mendatang hingga sekitar 5.000 orang tersisa.
Mereka diperkirakan akan tinggal hingga pertengahan Maret.
Isu terorisme yang meningkat
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) Rabu kemarin mengisukan peringatan terorisme nasional yang menyisakan potensi kekerasan dari warga yang termotivasi oleh sentimen anti-pemerintah setelah kemenangan Joe Biden.
Peringatan diberikan lewat buletin yang menuliskan jika kericuhan disebabkan pendukung Donald Trump di Gedung Capitol pada 6 Januari bisa menimbulkan gerakan ekstrimis dan menjadi panggung untuk serangan tambahan.
Dilaporkan dari theguardian.com, DHS tidak secara rinci menyebutkan plot tertentu tapi merujuk kepada "lingkungan ancaman yang meningkat di seluruh AS" yang mereka yakin "akan tetap ada" selama berminggu-minggu lamanya.
Bukan hal janggal bagi pemerintah federal untuk memperingatkan penegak hukum lokal melalui buletin mengenai prospek kekerasan terikat pada peristiwa atau tanggal tertentu, seperti pada kemerdekaan AS 4 Juli.
Namun buletin ini yang diisukan melalui sistem departmen penasihat terorisme nasional, perlu dicatat karena secara efektif menempatkan administrasi Biden dalam posisi yang diperdebatkan.
Pertama, penggambaran atau karakterisasi tindakan yang dimotivasi oleh ideologi politik dan juga menunjukkan jika administrasi Biden melihat kekerasan yang bertujuan untuk membatalkan pemilu mirip dengan terorisme.
Dokumen itu juga menggunakan kata-kata yang menunjukkan jika pejabat keamanan nasional melihat benang penghubung antara kekerasan terbaru dengan ketidakpuasan kinerja pemerintah tahun lalu, termasuk pembatasan Covid-19, hasil pemilu AS dan penggunaan pasukan polisi.
Juga ditunjukkan tindakan kekerasan bermotif rasial seperti pengamuk di tahun 2019 yang menargetkan orang Latin di El Paso, Texas, dan juga ancaman yang ditimbulkan oleh ekstrimis yang dimotivasi oleh organisasi teroris asing.
Pernyataan DHS yang ada di buletin mencatat potensi kekerasan dari "jangkauan besar aktor yang termotivasi oleh ideologi".
Juga tercatat kericuhan dengan kekerasan di hari-hari ini, upaya referensi terhadap peristiwa di Portland, Oregon, yang dikaitkan dengan kelompok anarkis.
"Kekerasan domestik menyerang Capitol awal bulan ini tunjukkan cahaya ancaman yang telah ada di depan kita bertahun-tahun lamanya," ujar anggota kongres Bennie Thompson, perwakilan Missisipi dari Partai Demokrat yang merupakan kepala komite tim DHS untuk DPR.
"Saya senang melihat DHS mengenali ancaman yang dilakukan oleh para pelaku kekerasan, ekstrimis sayap kanan itu dan mengambil upaya untuk berkomunikasi mengenai ancaman itu ke warga AS."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini