Intisari-Online.com - Hanya mampu berdiri sekitar 70 tahun, apa yang menjadi alasan runtuhnya Uni Soviet?
Memenangkan Perang Dunia II dan mampu melewati Perang Dingin dengan proses yang panjang, Uni Soviet akhirnya tak mampu bertahan.
Bertepatan dengan Natal, pada 25 Desember 1991, Pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev mengundurkan diri.
Dengan mundurnya Gorbachev dari kursi kepresidenan Uni Soviet, maka menandai berakhirnya negara adikuasa tersebut.
Itu terjadi hanya empat hari setelah sebuah televisi Rusia mengumumkan bubarnya Uni Soviet dalam acara beritanya.
Sebelumnya, tanda-tanda runtuhnya negara ini telah terlihat. Pemimpin tiga negara dari 11 negara anggota Uni Soviet telah bertemu untuk membubarkan negara tersebut.
Para pemimpin Rusia, Belarus, dan Ukraina telah bertemu untuk membubarkan Uni Soviet dan membentuk Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS).
Setelah itu, delapan anggota Uni Soviet lainnya mengikuti jejak ketiga negara itu membubarkan Uni Soviet dan mengikuti CIS.
Gorbachev pun tidak punya pilihan lain selain mengundurkan diri ketimbang pecah perang saudara.
Pada 25 Desember 1991 itu juga, bendera Uni Soviet di Kremlin diturunkan untuk pertama kalinya.
Sementara dalam pidato perpisahan kepada rakyatnya, Gorbachev menunjukkan bahwa pembentukan CIS merupakan motif utama pengunduran dirinya.
Namun, apa alasan runtuhnya Uni Soviet?
Dalam pidato perpisahannya, Gorbachev juga mengungkapkan tentang rekor pencapaiannya dengan mengklaim bahwa dia telah mengawasi perjalanan Uni Soviet menyusuri 'jalan demokrasi'.
Selama kepemimpinannya, Gorbachev menjalankan kebijakan yang dikenal sebagai Perestroika atau restrukturisasi.
Kebijakan itu diklaim Gorbachev mengarahkan Uni Soviet dari ekonomi komunis menuju ekonomi pasar.
Kondisi perekonomian Soviet sedang stagnan dan mengalami penurunan tajam dalam penerimaan mata uang asing akibat turunnya harga minyak dunia, ketika Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal pada tahun 1985 menggantikan Konstantin Chernenko.
Maka, untuk membangkitkan kembali Soviet, Gorbachev menyatakan diperlukan perubahan struktural yang mendalam.
Pada bulan Juni 1987, Gorbachev mengumumkan agenda reformasinya yang disebut perestroika atau restrukturisasi.
Perestroika memungkinkan lebih efektifnya sistem kuota produksi, kepemilikan swasta atas bisnis dan juga membuka jalan bagi investor asing.
Langkah ini dimaksudkan untuk mengarahkan sumber daya negara dari pembiayaan militer yang mahal untuk menunjang Perang Dingin ke pengembangan sektor sipil yang lebih produktif.
Baca Juga: Begini Cara Lakukan Pijat Refleksi dengan Benar, Segala Mitosnya Tidak Berlaku
Kemudian, untuk melawan penentang reformasinya yang berasal dari internal partai, Gorbachev secara bersamaan memperkenalkan glasnost, atau keterbukaan.
Kebijakan tersebuti memungkinkan meningkatnya kebebasan pers dan transparansi lembaga-lembaga negara.
Glasnost dimaksudkan untuk mengurangi korupsi dalam tubuh Partai Komunis dan memoderasi penyalahgunaan kekuasaan di Komite
Glasnost juga memungkinkan meningkatnya kontak antara warga Soviet dan Dunia Barat, khususnya dengan Amerika Serikat, yang memberikan kontribusi bagi peningkatan détente antara kedua negara.
Namun, reformasi yang digagas Gorbachev lambat membuahkan hasil. Saat itu, Perestroika telah menghancurkan 'ekonomi komando' yang telah membuat negara Soviet tetap bertahan, tetapi ekonomi pasar masih membutuhkan waktu untuk matang.
Dalam pidato perpisahannya, Gorbachev menyimpulkan masalahnya, ia mengatakan, “Sistem lama runtuh sebelum yang baru sempat mulai bekerja.”
Penjatahan, kekurangan dan antrian tak berujung untuk barang langka tampaknya menjadi satu-satunya hasil dari kebijakan Gorbachev. Akibatnya, orang-orang semakin frustrasi dengan pemerintahannya.
Baca Juga: Perilaku Sadis Raja-raja Mataram Kala Semadi Demi Mendapat Berkah dari Nyai Roro Kidul
Dalam buku Sejarah Eropa : Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, kebijakan Perestroika pada perkembangannya dianggap sebagai blunder yang mempercepat keruntuhan Uni Soviet.
Kebijakan tersebut menyebabkan pertentangan antara kelompok moderat, konservatif dan radikal tentang sistem komunisme di Uni Soviet.
Selain itu, kebijkan Perestroika juga memunculkan keinginan negara-negara bagian untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet.
Pada tahun 1990, kekuasaan komunis mulai runtuh di negara-negara bagian Uni Soviet.
Baca Juga: Tentara Raksasa di Kehidupan Nyata, Raja Hanya Punya Satu Syarat: 'Tingginya Lebih dari 1,8 Meter'
Mereka menganggap bahwa sistem komunisme telah hancur karena tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Akhirnya negara-negara tersebut mulai melepaskan diri pada pertengahan tahun 1991.
Sementara Gorbachev, kendati mengaku telah membuat beberapa kesalahan selama menjabat sebagai Presiden Uni Soviet, ia berkukuh bahwa dia tidak pernah menyesal tentang kebijakan yang diambilnya.
Secara khusus, berikut faktor-faktor penyebab runtuhnya Uni Soviet:
Sementara, Dalam buku Dari Uni Soviet hingga Rusia (2014) karya Andi Rafael Saputra, keruntuhan Uni Soviet memberikan dampak yang masif bagi aspek sosial, ekonomi dan politik dunia.
Berikut dampak runtuhnya Uni Soviet:
Baca Juga: Evolusi Bisa Ular Kobra Dimulai 80 Juta Tahun Lalu, Semua Gara-gara Ulah Nenek Moyang Kita?
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari