Intisari-Online.com - Covid hari ini masih menjadi virus yang diperangi di dunia.
Tak terkecuali di Indonesia, pengadaan aksin sekarang sudah berjalan.
Vaksinasi sendiri telah dimulai saat Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama disuntik vaksin Covid-19 dari Sinovac pada Rabu (13/1/2021).
Berdasarkan rata-rata uji klinik di Bandung diketahui vaksin Sinovac dapat meningkatkan kekebalan tubuh hingga 23 kali.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menjelaskan standar minimal vaksin akan meningkatkan kekebalan terhadap virus yakni hingga 4 kali lipat.
Namun selama tiga bulan uji klinis vaksin Sinovac di Bandung diketahui relawan yang tidak lagi memiliki kekebalan minimal 4 kali lipat hanya berkurang 0,4 persen.
Hal ini menjelaskan vaksin sinovac dapat melindungi masyarakat dari virus corona.
"Berdasarkan rata-rata hasil uji klinik di Bandung, itu naik sampai 23 kali."
"Sehingga bisa melindungi kita," ujar Penny dalam Rapat di Komisi IX DPR RI, Kamis (14/1/2021).
Penny menambahkan tidak menutup kemungkinan penerima vaksin Sinovac akan mengalami penurunan tingkat kekebalan tubuh seiring waktu berjalan.
Namun merujuk uji klinik, relawan uji klinis fase 3 Vaksin Sinovac di Bandung tak mengalami penurunan tingkat kekebalan yang signifikan.
Di sisi lain hasil uji klinis fase 1 dan 2 Sinovac di China, hingga 6 bulan pasca-vaksinasi, masih ada 80 persen relawan yang punya kekebalan minimal 4 kali lipat.
Baca Juga: Manfaat Air Rebusan Jahe Kunyit dan Sereh yang Ajaib, Jangan Lewatkan!
Meski begitu, Penny menegaskan BPOM akan terus memantau perkembangan kondisi relawan uji klinis di Bandung hingga 6 bulan pasca-vaksinasi.
Hal ini untuk melihat persentase orang dengan tingkat kekebalan minimal 4 kali lipat.
"Kita tunggu sampai nanti Maret atau 6 bulan, berapa persen."
"Kalau berdasarkan fase 1-2 di China masih 80 persen, jadi masih bagus, masih tinggi," ujarnya.
Terkait dengan keamanan vaksin, Penny menjelaskan hasil uji klinik fase 3 di Bandung, tidak ada kejadian ikutan pasca-imunisasi dengan tingkatan berat yang dialami relawan vaksin.
Namun jika hal tersebut terjadi BPOM bakal menghentikan sementara vaksinasi yang mulai berjalan.
Dalam menghentikan sementara vaksin BPOM akan melakukan investigasi.
Jika ditemukan ada kesalahan dalam produk vaksin maka prosesnya bisa sampai ke penarikan vaksin yang sudah diedarkan.
Baca Juga: Hari Ini dalam Sejarah: 'Kelahiran' Popeye Si Pelaut yang Awalnya Hanya Tokoh Sampingan
"Berdasarkan data-data keamanan yang ada, fase 1, 2, dan 3, dengan tiga bulan ini, seharusnya tidak ada terjadi yang worst case situation," ujarnya.
Terkait pemberian vaksin Covid-19, banyak masyarakat di Tanah Air mungkin masih bertanya-tanya mengenai efek samping yang mungkin timbul setelah mendapatkan vaksin virus corona.
Masyarakat khawatir vaksin virus corona bisa menimbulkan efek samping serius.
Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyatakan bahwa vaksin Covid-19 tidak menimbulkan efek samping serius.
Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes No. HK. 02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona virus Disease 2019 (Covid-19), dijelaskan bahwa secara umum, vaksin Covid-19 tidak menimbulkan reaksi pada tubuh, atau apabila terjadi, hanya menimbulkan reaksi ringan.
Baca Juga: 6 Kali Jadi Presiden Uganda, Ini Jawaban Mengejutkan Yoweri Museveni Ketika Disebut Diktator
(*)