"GeNose sudah mendapat izin 24 Desember 2020 dan rencananya dengan konsorsium terdiri dari 5 perusahaan.
"Mereka akan produksi massal dengan target Februari 2020 sebanyak 5.000 unit dan akan jadi lebih besar.
"Kami akan membantu UGM mencari mitra industri yang bisa produksi lebih banyak dengan standar terjaga," jelas Bambang dalam konferensi pers virtual penyerahan GeNose C19 kepada Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada Kamis (7/1).
Adapun untuk alat screening lain yaitu rapid test berbasis antigen CePAD buatan Universitas Padjadjaran juga sudah mendapatkan izin edar sejak November 2020 dan ditargetkan mampu diproduksi 500.000 unit saban bulannya.
Bambang berharap, kedua alat screening tersebut dapat digunakan di tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkumpulnya orang secara masif, misalnya stasiun kereta api, terminal, bandara, perkantoran dan lainnya.
Dengan kinerja GeNose dan CePAD yang cukup praktis, Bambang menilai, akan mampu mendukung proses 3T (testing, tracing dan treatment).
Oleh karenanya diharapkan kedua alat buatan anak bangsa tersebut dapat dimasukkan dalam daftar rujukan alat screening Covid-19 yang dapat digunakan di Indonesia.
Bambang menyebut, sudah mulai banyak pesanan untuk alat screening Covid-19 dengan cara ditiup tersebut.
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR