Banyak militer negara lain mulai belajar dari perang seperti Nagorno-Karabakh untuk mempelajari kemampuan, doktrin, seni operasi dan bagaimana pasukan mereka mungkin menghadapi tantangan yang mirip atau bahkan berperang dengan yang lebih canggih.
Militer Amerika Serikat menjadi salah satu yang sedang mencari definisi konflik, layaknya pada Perang Arab-Israel tahun 1973, untuk membentuk arah investasi masa depan.
Selain belajar dari Armenia-Azerbaijan, AS juga mempelajari konflik Rusia dengan Ukraina.
Dalam hal kemampuan, tampak jelas jika sistem operasi remote seperti drone menawarkan keuntungan kekuatan udara, sensor dan senjata tepat sasaran untuk negara dengan militer 'mediocre'.
Kemampuan itu dijual murah kepada mereka dibandingkan dengan jet tempur yang harus dioperasikan pilot dan terhitung mahal.
Teknologi jet tempur menyebar jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan pembuatnya, atau sistem pertahanan udara akhirnya menyesuaikan diri bersiap melawan sistem itu sehingga akhirnya akan lebih siap lagi.
Namun untuk drone, ada tantangan pasti untuk pertahanan udara modern dan pasukan darat.
Konflik Nagorno-Karabakh membantu menyelesaikan pertanyaan mengenai apakah warisan pertahanan udara seperti sistem lawas Soviet yang dipakai Armenia bisa melawan drone perang.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR