Tak Ada Hasil Rapid Tes, Ibu Hamil Ini Ditolak 7 Rumah Sakit, Hingga Akhirnya Meninggal Dunia Bersama Janin, 'Korban Sempat Kejang'

Mentari DP

Editor

Ilustrasi ibu hamil.
Ilustrasi ibu hamil.

Intisari-Online.com - Karena sedang pandemi virus corona (Covid-19), rumah sakit menjadi tempat yang tidak bisa mudah didatangi.

Ada banyak persyaratan sebelum ada berobat atau dirawat di rumah sakit.

Jika Anda tidak memenuhinya, mungkin nasib Anda bisa seperti perempuan hamil bernama Hartina ini.

Di mana wargaasal Balimbing, Kabupaten Bulukumba meninggal dunia bersama janin yang dikandungnya pada Rabu (9/12/2020).

Baca Juga: Marshall Plan, Saat Amerika 'Seorang Diri' Bangun Benua Biru yang Hancur Lebur karena Perang Dunia II, Demi Bentengi Eropa dari Komunisme?

Diduga Hartina meninggal karena terlambat mendapatkan penanganan.

Di usia kehamilan 9 bulan, Hartina sempat kejang saat akan melahirkan.

Namun menurut keterangan keluarga, 7 rumah sakit yang mereka datangi menolak membantu persalinan Hartina.

Tujuh rumah sakit tersebut adalah RSUD Bantaeng, RSUD Jeneponto, RSUD Takalar, RS Labuang Baji, RS Kartini, RS Ananda, dan RS Pelamonia.

Tak ada hasil rapid test

Haerul keluarga Hartini mengatakan saat akan melahirkan Hartina dibawa ke Puskesmas Bontobangun, Bulukumba.

Baca Juga: Berani Tolak China Mentah-mentah dan Jadiyang Terkuat di Asia Tenggara, Angkatan Laut IndonesiaMiliki 282 Kapal Perang Mematikan,Terbanyak ke 2!

Dari puskesmas tersebut, Hartina dirujuk ke RSUD Bantaeng namun ditolak oleh pihak rumah sakit.

Keluarga kemudian membawa Hartina ke RS Jeneponto dan RS Takalar. Lagi-lag-lagi Hartina ditolak pihak rumah sakit.

"Awalnya Bu Hartina diantar ke Puskesmas Bontobangun Bulukumba, lalu dirujuk ke RSUD Bantaeng."

"Tapi baru di pintu masuk RSUD Bantaeng, sudah ditolak."

"Akhirnya dibawa ke RS Jeneponto dan RS Takalar, namun kembali ditolak," kata Haerul saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (12/12/2020).

Hartina lalu dilarikan ke RS Labuang Baji Makassar dan lagi-lagi ditolaj karena tidak ada hasil rapid test. Penolakan juga dilakukan oleh RS Kartini dan RS Ananda.

"Karena ditolak di rumah sakit daerah, makanya ke RS Labuang Baji Makassar."

"Tapi ditolak lagi karena tidak ada hasil rapid test. Lalu dilarikan ke RS Kartini, ditolak karena tidak ada ICU, dan dilarikan ke RS Ananda, ditolak lagi," kata dia.

Hartina dibawa ke RS Pelamonia. Menurut Haerul, di rumah sakit tersebut Hartina mendapatkan pertolongan pertama.

Namun pertolongan dilakukan saat Hartina berada di dalam ambulans yakni dengan memberikan oksigen dan suntikan anti kejang.

Di RS Pelemonia, Hartina tidak diturunkan ke ruangan. Terakhir, Hartina dibawa ke RS Wahidin.

Sesaat setelah dipindahke ke ruangan bersalin, Hartina menghembuskan napas terakhir.

Baca Juga: Padahal Jadi Nomor 1 di Dunia, Tapi Amerika Memandang China Sebagai Musuh Besarnya sampai Ketar-ketir Ketakutan, Ternyata Hanya Butuh Cara Ini Untuk Luluh Lantahkan Negeri Panda

"Dari kampung sudah terkatung-katung hingga ke Kota Makassar."

"Pihak RS tidak punya hati nurani, bagaimana perasaanya kalau keluarganya yang mengalami hal yang sama," kata dia.

Ia menyebut ada tujuh rumah sakit yang menolak Hartina yakni RSUD Bantaeng, RSUD Jeneponto, RSUD Takalar, RS Labuang Baji, RS Kartini, RS Ananda, dan RS Pelamonia.

Darah tinggi dan kejang

Saat tiba di rumah sakit terakhir, kondisi Hartina sudah memburuk. Hartini kejang-kejang dan kondisi tekanan darah tinggi.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Sub Bagian Humas RS Wahidin, Aulia.

Ia mengatakan Hartina tiba di RS Wahidin pada Rabu malam sekitar pukul 20.45 Wita.

Petugas langsung memasang oksigen, pemasangan gudel, pemeriksaan tanda vital, USG, pasang monitor, resusitasi jantung oleh tim codeblue.

"Namun kondisi pasien terus memburuk dan akhirnya dinyatakan meninggal jam 20.58 WITA," kata Aulia.

Sementara itu Manajer Pelayanan Medis RS Ananda, Fira mengatakan pihaknya tidak memiliki fasilitas intensive care yang memadai untuk Hartina.

Menurutnya saat tiba di RS Ananda, Hartina dalam kondisi darah tinggi serta kejang.

Ia menyebut, kondisi tersebut berlangsung sejak Hartina dibawa dari Puskesmas di Bulukumba hingga perjalanan ke Makassar.

Baca Juga: Amat Ketakutan dengan China, Tak Disangka Inilah Negara dengan Jumlah Pesawat Militer Terbanyak Sejagad Raya, Terkuak Kemampuannya Tak Hanya Untuk Berperang

"Ketika pasien tiba di RS Ananda, dokter datang memeriksa di mobil dan didapatkanlah kondisi pasien dengan kesadaran menurun, napas mulai dalam."

"Dan kalau begini, sudah butuh perawatan intensive care yang lebih bagus," ujar dokter Fira saat dihubungi.

Selain tak memiliki fasilitas intensive care, Fira menyebut RS Ananda adalah rumah sakit tipe C.

Dengan alasan tersebut, Hartina diarahkan ke RS Labuang Baji.

Bantah ada pasien atas nama Hartina

Sementara itu Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Bantaeng, dokter Hikmawati membantah kedatangan pasien Hartina.

"Kami telah telusuri di sistem informasi, tidak ada pasien yang masuk atas nama Hartina."

"Jika mendapat penanganan awal, pasti didata ke sistem," kata Hikmawati.

Hal yang sama disampaikan pihak RSUD Jeneponto. Pihak rumah sakit membantah soal kedatangan pasien Hartina. Kompas.com berusaha menghubungi RSUD Takalar, RS Kartini, RS Labuang Baji dan RS Plamonia.

Tetapi, hingga berita ini ditulis, belum ada respons dari pihak rumah sakit.

(Nurwahidah)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Cerita Pilu Hartina Hamil Tua Meninggal Bersama Sang Janin, Kejang dan Ditolak 7 Rumah Sakit")

Baca Juga: Hebat,Presiden Jokowi Jadi Salah Satu Pemimpin Negara yang Paling Banyak Dibicarakan di Twitter Sepanjang Tahun 2020!

Artikel Terkait