Ketakutan akan jebakan yang digunakan China terhadap negara-negara kecil untuk mendapatkan keuntungan strategis dari mereka terbukti benar ketika Sri Lanka gagal memenuhi kontrak untuk membangun Pelabuhan Hambantota, setelah itu sebuah perusahaan China mendapat sewa 99 tahun sebagai imbalan.
Istilah 'diplomasi jebakan utang' mendapatkan kepercayaan karena risiko teoretis menjadi nyata, dengan desain strategis Beijing menjadi sangat jelas untuk disaksikan semua orang.
“Pemindahan pelabuhan Hambantota ke Beijing di Sri Lanka dipandang setara dengan seorang petani yang berhutang banyak yang menyerahkan putrinya kepada pemberi pinjaman yang kejam,” kata analis strategis India, Brahma Chellaney dalam sebuah artikel.
Korban terbaru dari diplomasi jebakan hutang China adalah negara kecil yang kaya sumber daya yaitu Laos.
Reuters baru-baru ini melaporkan bahwa negara Laos menyerahkan mayoritas kendali jaringan tenaga listrik nasional ke China Southern Power Grid Company, sebuah perusahaan milik negara yang berkantor pusat di Guangzhou.
Cadangan devisa negara dilaporkan telah anjlok di bawah $ 1 miliar.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR