Advertorial
Intisari-Online.com - Di atas kertas, perbandingan kekuatan militer China dan Taiwan tampak jomplang, China punya kekuatan militer peringkat ke-3 di dunia, sedangkan Taiwan jauh di bawahnya.
Namun, bukan berarti Taiwan tidak memiliki keunggulan jika menghadapi China yang mungkin saja menginvasi wilayahnya.
China sendiri selama ini terus mengklaim Taiwan sebagai bagian wilayahnya, sementara Taiwan mengaku sebagai negara yang berdaulat.
Partai Komunis China Xi Jinping telah mengancam akan menginvasi Taiwan selama lebih dari tujuh dekade.
Belakangan ini kekhawatiran tumbuh di antara analis, pejabat dan investor bahwa mungkin China benar-benar menindaklanjuti ancamannya selama beberapa tahun ke depan, juga berpotensi memicu perang dengan AS.
Mengutip Japantimes(8/10/2020), China dan Taiwan memiliki banyak alasan untuk menghindari perang yang dapat menewaskan puluhan ribu, menghancurkan ekonomi mereka dan berpotensi menyebabkan konflik nuklir dengan AS dan sekutunya.
Tetapi beberapa kekuatan mungkin mendorong mereka untuk bertindak.
Yaitu keinginan Xi untuk memperkuat warisannya dengan mendapatkan wilayah "hilang", jatuh dukungan di antara publik Taiwan untuk persatuan dengan China, kebangkitan kekuatan pro-kemerdekaan di Taipei dan hubungan Washington yang semakin bermusuhan dengan Beijing.
Melansir Global Firepower, di atas kertas kekuatan militer China memimpin dengan menjadi militer paling kuat ke-3 di dunia, hanya kalah dari Amerika Serikat dan Rusia.
Sementara Taiwan jauh di bawahnya, yaitu berada di peringkat ke-26 dari 138 negara dalam daftar tersebut.
Untuk jumlah personel militernya, Taiwan hanya memiliki personel militer aktif sebanyak 165.000, dibanding China yang memiliki 2.183.000 personel aktif.
Beralih ke peralatan tempur, China juga memimpin dengan 3.500 tank tempur, 33.000 kendaraan lapis baja, 3.800 artileri self- propelled, 3.600 artileri lapangan, dan 2.650 proyektor roket untuk kekuatan daratnya.
Sementara Taiwan memiliki 1.180 tank tempur, 2.000 kendaraan lapis baja, 482 artileri self-propelled, 1.160 artileri lapangan, dan 115 proyektor roket.
Begitu pula kekuatan lautnya, di mana militer China dibekali 777 armada. Diantaranya 7 kapal induk, 74 kapal selam, 36 kapal perusak, 52 fregat, 50 korvet, 220 kapal patroli, dan 29 mine warfare.
Dibanding militer Taiwan yang hanya memiliki 117 armada. Diantaranya 4 kapal selam, 4 kapal perusak, 22 fregat, 1 korvet, 39 kapal patroli, dan 10 mine warfare.
Untuk kekuatan lautnya, Taiwan berada di peringkat 22, sedangkan China di peringkat 2.
Selanjutnya di udara, China tercatat memiliki total pesawat 3.210 unit, diantaranya 1.232 pesawat tempur, 371 pesawat serangan khusus, 224 angkutan, 111 pesawat misi khusus, 911 helikopter, 281 pesawat serang helos, dan 314 pesawat latihan.
Sedangkan Taiwan memiliki total pesawat hanya kurang dari seperempat milik China, yaitu sebanyak 744 unit. Diantaranya 289 pesawat tempur, 19 angkutan, 19 pesawat misi khusus, 210 helikopter, 91 pesawat serang helos, 207 pesawat latihan, dan bahkan tidak memiliki pesawat serangan khusus.
Peringkat kekuatan udara China yaitu ke-3 teratas, hanya di bawah AS dan Rusia. Sementara Taiwan di peringkat ke-14.
Meski begitu, dibanding kekuatan darat dan laut, kekuatan udara Taiwan lebih tampak mendekati China.
Soal anggaran pertahanan, Taiwan pada 2020 memiliki anggaran pertahanan sebesar $ 10,7 miliar.
Namun, itu tak ada apa-apanya dibanding China yang dibekali anggaran pertahanan sebesar $ 237 miliar.
Tampak bahwa total kekuatan militer China dan Taiwan begitu jomplang, dengan China yang lebih unggul.
Lalu, apa lagi yang bisa diandalkan Taiwan jika China menginvasi?
Ternyata Taiwan bukan hanya bisa mengandalkan angkatan bersenjata dan peralatan tempurnya, tapi juga medan yang dimilikinya.
Mengutip japantimes, pulau utama Taiwan memiliki pertahanan alami, yaitu dikelilingi oleh laut yang ganas dengan cuaca yang tidak menentu.
Kemudian garis pantainya yang tidak rata menawarkan beberapa tempat dengan pantai yang luas yang cocok untuk kapal besar yang dapat membawa pasukan yang cukup untuk menundukkan 24 juta penduduknya.
Daerah pegunungan itu dipenuhi dengan terowongan yang dirancang untuk menjaga para pemimpin kunci tetap hidup, dan bisa menjadi perlindungan bagi pemberontak jika China membangun kendali.
Selain itu, Taiwan pada tahun 2018 meluncurkan rencana untuk meningkatkan kemampuan asimetris seperti sistem rudal seluler yang dapat menghindari deteksi, sehingga tidak mungkin Beijing dapat dengan cepat menghancurkan semua persenjataan pertahanannya.
Dengan ribuan rudal permukaan-ke-udara dan senjata anti-pesawat, Taiwan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasukan invasi Tiongkok sebelum mencapai pulau utama.
Militer Taiwan telah memperkuat pertahanan di sekitar titik pendaratan utama dan secara teratur melakukan latihan untuk mengusir pasukan China yang datang melalui laut dan udara.
Di luar itu, keterlibatan potensial AS disebut sebagai kartu liar utama saat menilai skenario invasi.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari