Penulis
Intisari-Online.com - Masa transisi pemerintahan Amerika Serikat (AS) dikatakan sebagai periode 'mudah terbakar', di mana provokasi meningkat, ini perbandingan kekuatan militer Iran dan AS.
Beberapa waktu lalu, Trump sempat meminta opsi untuk menyerang fasilitas penelitian nuklir Iran di Natanz.
Tetapi Trump akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil langkah dramatis itu setelah dibujuk oleh para penasihat.
Rencana tersebut terlanjur membuat heboh, bahkan mendapat tanggapan keras dari pihak Iran.
Seorang juru bicara pemerintah Iran memperingatkan akan melakukan "tanggapan yang menghancurkan" jika Iran diserang.
Tak lama setelah beredarnya kabar rencana tersebut, kini peristiwa mengejutkan lainnya terjadi, yaitu pembunuhan seorang ilmuwan nuklir top Iran, Mohsen Fakhrizadeh.
Meskipun masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Fakhrizadeh di luar Teheran, para pejabat Iran menuding Israel, sekutu utama AS, dikutip Aljazeera(27/11/1010).
Pembunuhan tersebut pun disebut akan membuat kemampuan Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden untuk memulai kembali diplomasi antara Washington dan Teheran menjadi lebih sulit, kata analis yang berbasis di AS pada hari Jumat.
Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari, mengatakan dia ingin kembali ke kesepakatan internasional 2015 yang mengekang program nuklir Iran - sebuah langkah yang akan menandakan mundurnya dari kampanye "tekanan maksimum" garis keras Presiden Donald Trump terhadap Iran.
Sementara itu, analis dan pengamat politik telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Trump akan mengambil tindakan lebih lanjut dalam minggu-minggu terakhir pemerintahannya untuk semakin mengguncang Iran dan sekutunya di Timur Tengah.
Juga menempatkan pemerintahan Biden yang akan datang dalam posisi yang sulit ketika mulai menjabat.
Aaron David Miller, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan pembunuhan itu terjadi pada saat yang "mudah terbakar", sementara Iran dikatakan menahan diri.
"Antara sekarang dan dimulainya pemerintahan Biden, mereka (Iran) benar-benar dibatasi dalam hal pembalasan," kata Miller kepada Al Jazeera.
“Anda dapat melihat serangkaian faktor yang bersatu yang dapat membuat beberapa bulan ke depan sangat mudah terbakar.”
Kemudian Nader Hashemi, direktur Pusat Studi Timur Tengah di Sekolah Studi Internasional Universitas Denver, menyamakan pembunuhan Fakhrizadeh dengan pembunuhan AS terhadap komandan militer Iran Qassem Soleimani,
"Kami hampir mengalami perang AS-Iran saat itu," kata Hashemi, menambahkan bahwa dengan Trump hanya beberapa minggu lagi dari akhir masa kepresidenannya, lebih banyak tindakan "berharap untuk memprovokasi Iran untuk melakukan pembalasan" mungkin terjadi.
Perbandingan Kekuatan Militer Iran dan AS
Berdasarkan indek power menurut Global Firepower, kekuatan militer Iran berada di bawah AS, yaitu di peringkat ke-14 dari 138 negara.
Posisi AS dalam peringkat kekuatan militer dunia tentu mudah ditebak.
Ya, AS berada di peringkat pertama, mengokohkan posisinya dari tahun ke tahun.
Statistik Global Firepower menunjukkan bahwa AS secara konsisten terus menempati posisi teratas sebagai militer terkuat, diikuti Rusia dan China.
Bahkan, hampir di semua sektor, kekuatan militer AS unggul dibanding negara-negara lain.
Total kekuatan udara AS berada di peringkat pertama. Sedangkan kekuatan lautnya di peringkat keempat, hanya di bawah Korea Utara, China dan Rusia.
Di darat, AS memimpin untuk kepemilikan kendaraan lapis bajanya, yaitu 39.253 unit.
Lainnya, yaitu tank berjumlah 6.289, 1.465 artileri self-propelled, 2.740 artileri derek, dan 1.366 proyektor roket.
Meski berada cukup jauh di bawah peringkat kekuatan militer AS, Iran mengejar di sektor lautnya.
Kekuatan laut Iran menduduki peringkat ke-6 dengan 398 total aset.
Selain itu, angkatan udara Iran diperkuat oleh total pesawat 509, dengan 155 pesawat tempur, 23 pesawat serangan khusus, 62 angkutan, 9 misi khusus, 100 helikopter, 12 pesawat serang helos, dan 94 trainers.
Untuk kekuatan daratnya, pemilik program nuklir ini didukung 2.056 tank tempur, 4.300 kendaraan lapis baja, 570 artileri self- propelled, 2.088 artileri lapangan.
Serta dengan proyektor roket sebanyak 1.935, jumlah ini lebih banyak dari milik AS.
Kemudian untuk personel militer, AS memiliki personel militer aktif sebanyak 1.400.000 dan cadangannya 860.000.
Sedangkan Iran kalah jumlah dengan 523.000 tentara aktif dan 350.000 personel cadangan.
AS juga unggul dalam hal anggaran pertahanan, di mana militer AS merupakan yang terkaya di dunia dengan anggaran sebesar $ 237 miliar, sedangkan Iran hanya $ 19,6 miliar.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari