Advertorial
Intisari-Online.com - Bentrokan antara Armenia danAzerbaijan masih membara.
Bahkan kemungkinan besar tidak akan selesai dalam waktu dekat.
Hal ini dikarenakan Armenia telahmenandatangani gencatan senjata dengan Azerbaijan dan Rusia di Nagorno-Karabakh.
Pernyataan itu diumumkan olehPerdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
"Saya telah menandatangani kesepakatan dengan Presiden Azerbaijan dan Presiden Rusia," terang Pashinyan dalam rilis di Facebook.
"Langkah yang diambil ini tidak hanya menyakitkan bagi saya, namun juga seluruh rakyat," lanjut PM yang juga seorang jurnalis itu.
Pengumuman itu diperkuat pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, di mana dia menyepakati gencatan senjata itu dengan Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Dikutip AFP pada Senin (9/11/2020), PM Armenia sejak Mei 2018 itu menerangkan perjanjian itu bakal diterapkan pukul 01.00 waktu setempat pada Selasa (10/11/2020).
Pernyataan yang dibuat Pashinyan pun resmi mengakhiri perang dua negara di Nagorno-Karabakh, yang pecah pada 27 September lalu.
"Saya memutuskan ini setelah menganalisis secara mendalam situasi yang dihadapi militer," papar Pashinyan merespons perkembangan terbaru di Karabakh.
Dia merujuk kepada keterangan kelompok separatis etnis Armenia yang mengumumkan mereka kehilangan Shusha, yang adalah kota penting di Karabakh.
Meski Yerevan sudah mengeklaim baku tembak masih berlanjut, namun separatis sudah mengumumkan mereka gagal mempertahankannya.
Kini, separatis menyatakan bahwa mereka terancam kehilangan Stepanakert yang merupakan ibu kota region di Kaukasus tersebut.
Karena itu, Pashinyan menerangkan bahwa gencatan senjata itu, meski menyakitkan, merupakan solusi terbaik untuk rakyatnya.
Medan pertempuan pindah
Armenia pada Sabtu (7/11/2020) melaporkan terjadinya pertarungan sengit dengan pasukan Azerbaijandi dekat kota Shusha, salah satu kota kunci di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Setelah perang yang berlangsung berminggu-minggu di provinsi pegunungan itu, Azerbaijan tampak mendekati kota strategis tersebut, yang berlokasi 15 kilometer dari kota utama Karabakh, Stepanakert.
Shusha yang terletak di puncak bukit, berada di jalan utama yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan wilayah Armenia.
Kota itu mendukung para separatis yang menginginkan kemerdekaan Karabakh.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan menolak klaim ini dengan mengatakan info penembakan di Shusha sama sekali tidak benar.
Perang Azerbaijan-Armenia bermula pada akhir September dan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang termasuk warga sipil, meski jumlah korban sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.
Pertempuran terus berlanjut meski ada upaya gencatan senjata yang didalangi Rusia, Perancis, dan Amerika Serikat.
Ketiga negara itu adalah kelompok mediator yang dikenal dengan nama Grup Minsk.
Azerbaijan dan Armenia saling tuduh menargetkan wilayah sipil, dan PBB pekan ini mengecam serangan tanpa pandang bulu itu bisa dianggap sebagai kejahatan perang.
(Ardi Priyatno Utomo/Aditya Jaya Iswara)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "PM Armenia Umumkan "Gencatan Senjata Menyakitkan" dengan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh" dan"Perang Azerbaijan-Armenia Masih Membara, Medan Tempur Geser ke Puncak Bukit")