Advertorial
Intisari-Online.com - Tidak ada yang menyangka bahwa bentrokan antara Armenia danAzerbaijan akan pecah.
Bahkan sudah tiga minggu lamanya, kedua negara masih saling serang dan meluncurkan bom hingga rudal.
Awalnya, beberapa orang menyebut bahwaAzerbaijan akan 'menang mudah'.
Sebab negara pecahan Uni Soviet ini dibantu oleh Turki.
Hanya saja seperti kita tidak boleh menganggap remeh Armenia.
Sebab, baru-baru ini Armenia mengirim serangan rudal untuk menghancurkan beberapa rumah di kota Ganja, Azerbaijan tengah, pada Sabtu (17/10/2020).
Seorang penduduk mengatakan ke jurnalis AFP, dia melihat tujuh korban ditarik keluar dari puing-puing.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah penembakan di ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, menandai peningkatan baru dalam konflik antara etnis Armenia dan Azerbajan atas wilayah separatis.
Tim AFP di Ganja melihat satu blok bangunan hancur menjadi puing-puing, dengan orang-orang melarikan diri dari tempat kejadian sambil berurai air mata.
Beberapa orang mengenakan baju handuk dan piyama, karena serangan terjadi tengah malam, dan banyak juga orang-orang yang lari memakai sandal rumah.
Puluhan petugas penyelamat dengan helm merah berjibaku menemukan korban dengan tangan kosong di kegelapan.
Beberapa jam setelah pencarian, satu tim membawa tas hitam berisi bagian-bagian tubuh ke dalam ambulans, termasuk kepala dan lengan.
Hikmat Hajiyev Asisten Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev berkicau di Twitter, menurut "informasi awal, lebih dari 20 rumah hancur".
Sementara itu distrik permukiman lainnya di Ganja juga terkena rudal dan menewaskan 10 warga sipil Minggu pekan lalu (11/10/2020).
Perintah diam Tim penyelamat harus diam agar mereka dapat mendeteksi suara orang-orang yang selamat.
Seorang saksi mata mengatakan, dia melihat seorang anak kecil, dua perempuan, dan empat pria dikeluarkan dari puing-puing meski kondisi mereka belum diketahui apakah selamat atau tidak.
"Seorang wanita kehilangan kakinya."
"Seseorang lainnya kehilangan satu lengan di siku," ungkap Elmir Shirinzaday (26) dikutip dari AFP.
AFP kemudian melihat tiga orang lagi dibawa dengan tandu, walau juga belum jelas apakah mereka tewas atau hidup.
"Istri saya di sana, istri saya di sana," seorang pria menangis saat digotong menuju ambulans oleh seorang paramedis.
Sekitar waktu yang sama di kota Mingecevir, satu jam perjalan ke utara Ganja, AFP mendengar suara ledakan besar yang menggetarkan gedung-gedung.
Mingecevir dilindungi oleh sistem pertahanan misil karena ada bendungan strategis di sana, dan belum diketahui apakah misil itu hancur di udara atau menghantam daratan.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, Mingecevir diserang tapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang pejabat Azerbaijan berkata, rudal kedua menghantam distrik industri Ganja secara terpisah pada waktu yang bersamaan.
Akan tetapi tidak ada rincian lebih lanjut tentang serangan kedua itu.
Perang Azerbaijan-Armenia akibat konflik di Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung puluhan tahun, kembali pecah pada 27 September.
Wilayah pegunungan barat Azerbaijan tetap berada dalam kendali separatis etnis Armenia sejak gencatan senjata 1994, yang mengakhiri perang 6 tahun dan menewaskan 30.000 orang.
Eskalasi saat ini adalah yang paling mematikan dan terlama sejak perang itu.
Penembakan di Stepanakert dan serangan di Ganja terjadi usai seruan bersama dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (14/10/2020) untuk "mengakhiri pertumpahan darah sesegeran mungkin".
(Aditya Jaya Iswara)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Serangan Rudal Armenia Bergeser ke Tengah Azerbaijan, 2 Kota Meledak")