Advertorial
Intisari-Online.com -Joint Task Force (JTF) 2 merupakan salah satu pasukan khusus terbaik di dunia.
Pasukan khusus dari Kanada ini telah melakukan berbagai operasi, dari menyelamatkan sandera di Irak hingga memburu penembak jitu Serbia di Bosnia.
Kemudian, sebagai negara yang secara militer merupakan sekutu AS, Kanada harus selalu siap mendukung misi tempur AS di berbagai belahan dunia.
Misalnya, dalam perang melawan terorisme, Kanada telah menyiapkan pasukan khusus yang dinamai Joint Task Force (JTF) 2 yang dibentuk pada April 1993.
Sebelum JTF 2 dibentuk, selama kurang lebih 50 tahun Kanada telah memiliki satuan khusus yang dinamai Special Service Force.
Namun untuk tugas operasi counter-terrorist tanggung jawab ada di tangan Special Emergency Response Team (SERT) dari Royal Canadian Mounted Police’s (RCMP).
Riwayat pasukan khusus Kanada bisa dilacak ke era Perang Dunia II.
Dalam peperangan itu, Kanada memiliki dua unit lintas udara AD Canada: 1st Canadian Parachute Battalion yang dibentuk di Camp Shiloh di AS pada 1942 dan 2nd Parachute Battalion yang dibentuk belakangan di Kanada.
Pada perkembangan selanjutnya, pasukan payung ini jumlahnya diciutkan menyusul dibentuknya satuan baru Canadian Airborne Regiment (CAR).
Satuan baru ini lebih ringan, mandiri, disiapkan untuk menghadapi operasi intensitas rendah di hutan, gurun, atau laut.
Di antara mereka termasuk mantan anggota SAS Kanada.
Pasukan terakhir ini hanya berumur setahun (1946-1947), didirikan Jean Paulin, bekas tentara Prancis.
Namun CAR terpaksa dibubarkan pertengahan 1990 setelah munculnya spekulasi buruk saat mereka bertugas di Somalia di bawah payung PBB.
Alhasil, tiga kompi yang ada dibubarkan dan bersalin baju ke dalam batalion infanteri konvensional.
Sebagai sahabat dekat AS, JTF 2 mempunyai hubungan khusus dengan Delta Force dan SAS Inggris.
Secara operasional, JTF 2 yang dipimpin perwira berpangkat letnan kolonel itu banyak mengadopsi standar SAS.
Oleh karena itu meskipun dikenal sebagai pasukan yang hebat JTF 2 Selalu kalah pamor dengan satuan-satuan khusus AS.
Personel JTF 2 umumnya berasal dari Canadian Forces, walaupun dipercaya personelnya bisa jadi berasal dari satuan khusus milik pemerintah, Canadian Security Intelligence Service (CSIS).
Secara umum katagori persyaratan meliputi special operations assaulters (ASLTRS), tactical mobility and technical specialities, serta service support specialities.
Pola penerimaan sukarelawan JTF 2 memang tidak umum.
Karena itu markas besar AS Kanada membuat syarat khusus bagi calon.
Untuk perwira, harus berpangkat kapten, bintara mencakup sersan mayor, sersan, kopral kepala, kopral, dan prajurit.
Syarat lainnya, sudah berdinas minimal tiga tahun dan mungkin ditugaskan kembali dalam tiga tahun kedua penugasan, tidak mengidap fobia ketinggian, air, atau ruang sempit, memilik SIM (surat izin mengemudi), dan menunjukkan keinginan mempelajari bahasa lain.
Untuk persyaratan fisik, calon harus mampu lari 2,5 km dalam waktu 11 menit, 40 kali push up, sejumlah pull ups, 40 kali sit ups dalam 60 detik, serta angkat beban seberat 65 kg.
Setelah melengkapi semua standar dan kemampuan, selanjutnya masuk ke dalam tahap kualifikasi khusus JTF.
Selama tiga minggu pelatihan mencakup fisik, penanganan senjata, dan mempertebal kepercayaan diri.
Setelah itu mereka digiring untuk mendapatkan penilaian pantas tidaknya sebagai pasukan khusus. Penilaian dilakukan selama satu minggu.
Utamanya perwira, hanya empat hari penilaian. Nilai lebih ditekankan kepada perencanaan dan kepemimpinan.
Baca Juga: Sejak Awal Sudah Yakin Joe Biden Menang, Mengapa China Malah Tak Sudi Beri Selamat?
Jika mereka lolos, saatnya memulai pelatihan khusus selama lima bulan.
Cukup banyak operasi yang diikuti JTF 2 ke Bosnia, misalnya, 30-an personelnya dikirim untuk menolong 55 prajurit AB Kanada yang ditahan Serbia.
Tugas lainnya adalah memburu sniper yang mengancam pasukan PBB.
Di Kosovo mereka yang menandai target pengeboman udara oleh armada NATO.
Ketika konflik di Rwanda, mereka pula yang mengawal Jenderal Maurice Baril melintas perbatasan Rwanda-Zaire.
Status stand-by diberlakukan bagi JTF 2 ketika kritis penyanderaan melanda Kedutaan Besar Jepang di Peru, 1996.
Di Haiti mereka melatih tim SWAT (Special Weapon and Tactical Team).
Hingga kini pasukan TFF2 juga masih bertempur di Irak dan Afghanistan.
Pasukan yang bermarkas di Dwyer Hill Training Centre di luar Kota Ottawa, Ontario, ini berkekuatan sekitar 1000 orang dan dilengkapi berbagai persenjataan canggih. (Agustinus Winardi)
Baca Juga: Membuntuti Amerika Serikat, Ini 10 Militer Paling Kuat di Dunia
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari