Pada tahun 1996 Jenkins mendapatkan apa yang dia pikir adalah pekerjaan impiannya, yaitu penghubung teratas antara Organisasi Intelijen Pertahanan Australia dan CIA dan Badan Intelijen Pertahanan.
Dalam posisi ini, Jenkins seharusnya meneruskan citra satelit dan menyadap komunikasi dari Indonesia ke Amerika.
Terlepas dari upaya terbaik CIA dan militer Australia, rezim Suharto mulai runtuh dan gerakan kemerdekaan di dalam Timor Lorosae sekali lagi mendapatkan momentum dan diimbangi dengan pembalasan yang semakin ganas oleh pasukan Indonesia.
CIA berulang kali menganggap bahwa intelijen yang datang dari Australia tentang masalah Indonesia, termasuk Timor Lorosae, bersifat 'tidak cukup rinci'.
Badan tersebut mengancam Jenkins bahwa jika keadaan tidak membaik, mereka akan menghentikan orang Australia dari intelijen yang dikumpulkan di Pine Gap, kompleks kendali satelit di luar Alice Springs, yang menguping Irak, Indonesia, Afghanistan, India, dan Cina.
Atas ancaman dan kekesalan CIA tersebut, dikatakan bahwa Merv marah.
"Dan maksud saya selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, mereka tidak pernah terpenuhi. Dan ini adalah bidang yang kami kuasai, jadi tidak ada alasan mengapa kami tidak bisa menyediakan materi. Hanya saja itu tidak pernah terjadi," kata Peter Czeti, mantan perwira intelijen di kedutaan Australia di DC, mengatakan kepada Canberra Times.
Menurut Counterpunch, faktanya, ada banyak alasan mengapa badan-badan intelijen Australia mungkin enggan menyerahkan laporan intelijen terperinci tentang operasi militer Australia di Timor Leste.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR