Advertorial
Intisari-Online.com - Menurut SCMP, berbicara dari People's Hall di Beijing pada tanggal 23 Oktober - hari yang sama dengan debat terakhir yang berlangsung di AS, Xi Jinping memperingatkan AS bahwa Beijing tidak takut akan perang, dalam konteks ketegangan AS-China yang belum mereda.
"70 tahun yang lalu, penjajah menembakkan peluru ke 'ambang' China."
"Orang China mengerti bahwa bahasa yang dimengerti oleh penjajah perlu digunakan."
"Itu menggunakan perang untuk berperang, dan mencegah invasi dengan kekerasan, memperoleh perdamaian, penghormatan melalui kemenangan Rakyat China tidak akan menyebabkan gangguan atau ketakutan pada musuh mereka."
"Kami juga tidak 'berlutut' di depan musuh kami," kata Presiden China.
Xi menekankan bahwa "setiap negara dan militer, tidak peduli seberapa kuat mereka", harus menerima kekalahan melawan komunitas internasional.
Pemimpin China itu menambahkan bahwa Beijing perlu mempercepat proses modernisasi militer untuk membangun militer kelas dunia, memastikan partai tersebut mempertahankan "kepemimpinan absolut" atas tentara.
"Di dunia sekarang ini, unilateralisme, proteksionisme, dan ideologi apa pun tidak dapat dilakukan."
"Tindakan apa pun hanya berfokus pada kepentingan pribadi, hegemoni, dan Penindasan tidak akan berhasil."
"Tidak hanya tidak efektif, tetapi juga menemui jalan buntu, " tambah Xi.
Pernyataan pemimpin China itu bertepatan dengan tanggal debat terakhir antara Tuan Trump dan Tuan Biden di AS, salah satu kontroversi mengenai siapa yang akan berurusan dengan "ular," dengan China.
Awal pekan ini, selama kunjungan ke pameran Perang Korea di Beijing, Xi mendesak rakyat China untuk "tetap percaya pada kemenangan akhir" dan "mengatasi semua musuh".
Ini dilihat sebagai sinyal yang jelas bagi Washington.
Xie Maosong, seorang ilmuwan politik di Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan pidato Xi memiliki pesan yang jelas tentang kesediaan Beijing untuk menanggapi jika perang pecah.
"Pidato Xi sebelumnya lebih bijaksana. Tapi pidato hari ini mengirimkan pesan yang jelas kepada rakyat China:
'Kami akan berjuang dan menang lagi,' dalam konteks Beijing. menghadapi banyak tekanan dari Washington," kata Mr. Xie.
Persaingan strategis antara AS dan China meningkat di banyak bidang seperti perdagangan dan teknologi, serta peningkatan operasi Beijing di Laut China Selatan, Hong Kong, Taiwan, Xinjiang, dan Tibet.
Analis memperingatkan bahwa risiko perang masih ada, bahkan ketika konflik militer besar-besaran secara langsung memengaruhi kepentingan kedua belah pihak.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari