Advertorial
Intisari-online.com -Bank Duniaungkap, jeratan hutang China untuk negara-negara kecil hanyalah sebuah jebakan.
Hal tersebut disampaikan oleh Pimpinan Bank Dunia, David Malpass.
Mengutip South China Morning Post, Bank Dunia bahkan meminta China untuk hentikan berikan hutang kepada negara-negara miskin.
Bantuan yang diberikan dalam rangka membantu tangani virus Corona itu memang penting tapi memiliki dampak dan konsekuensi yang tinggi.
Disampaikan Malpass saat diundang dalam acara online yang diadakan oleh Frankfurt School of Finance and Management Senin kemarin, Malpass bahkan menyalahkan China.
Ia menyebut China telah timbulkan jeratan hutang mengerikan di beberapa negara.
Bank Duniajuga menuduh mereka tidak mengambil bagian penting dalam Inisiatif Jasa Suspensi Hutang, yang terdiri atas 20 negara.
Malpass soroti negara-negara di Benua Afrika.
Baca Juga: 73 Persen Konsumen Dunia Lebih Pilih Smartphone di Bawah Rp 5 juta
Gelombang hutang telah ciptakan masalah baru di Afrika dan negara dengan ekonomi yang carut marut di tempat lainnya.
Malpass menyebut, itu merupakan hasil dari pertumbuhan peminjam resmi yang baru, terutama beberapa kreditur China yang sangat kapitalis.
"Mereka telah memperlebar portofolio mereka secara dramatis dan tidak berpartisipasi langsung dalam proses menjadwalkan kembali hutang yang ada."
Hutang itu muncul untuk melembutkan gelombang hutang sebelumnya, jelas Malpass.
Malpass sendiri merupakan mantan pejabat Bendahara AS dan pendukung Presiden Donald Trump.
Inisiatif Jasa Suspensi Hutang (DSSI) dibuat oleh G20 pada April, dan tawarkan moratorium pembayaran hutang antara 1 Mei sampai akhir tahun kepada 73 negara dengan GDP rendah.
Sebagian besar negara tersebut adalah di Afrika, sedang beberapa ada di Asia.
Semua negara itu mendapatkan dampak mengerikan dari pandemi virus Corona.
Tambahan lagi, ada 43 negara menerima sekitar 5 milyar Dolar AS dari DSSI untuk danai biaya sosial, kesehatan dan penanggulangan ekonomi menghadapi kondisi pandemi.
Kemudian, 7 negara paling kaya di dunia juga memperpanjang jangka pembayaran hutang untuk negara-negara termiskin sepanjang 2020.
Namun Malpass mengatakan jika "terlalu banyak kreditor tidak berpartisipasi kepada inisiatif tersebut.
"Hal ini sebabkan keringanan hutang terlalu dangkal untuk memenuhi kebutuhan fiskal dari pandemi yang sebabkan ketidaksetaraan."
Hal ini karena pembayaran hutang ditangguhkan, bukan dikurangi.
Itu sebabnya, tidak ada cahaya dan tidak ada ujung yang baik jika sudah terlilit hutang.
"Karena parahnya pandemi ini, aku yakin kita perlu gerakan mendesak untuk sediakan pengurangan berarti terhadap stok hutang bagi negara yang terlilit hutang," ujar Malpass.
China disorot karena ia adalah negara pemberi pinjaman terbesar di negara-negara yang hampir lumpuh itu.
Tidak tanggung-tanggung, negara-negara miskin ini berhutang lewat program G20 sebesar 7,17 miliar Dolar AS ke China.
Itu sebanyak 70% dari total pinjaman ke DSSI.
Jika DSSI masih akan diperpanjang sampai 2021, maka angka itu akan meningkat menjadi 10,51 milyar Dolar AS atau 74% dari 100%.
Kritik itu kemudian arahkan aturan Malpass bagi China Development Bank (CDB) untuk terlibat sebagai pemberi pinjaman bilateral resmi bagi DSSI.
Hal ini agar program itu berjalan dengan efektif.
Selanjutnya ia katakan jika informasi restrukturisasi hutang juga harus ditutup untuk hindari penjadwalan hutang baru rahasia di negara yang sama.
Contohnya adalah Angola dan Laos.
Aturan ini mengikuti laporan bahwa China sepakat moratorium hutang tiga tahun untuk Angola.
Termasuk di dalamnya hutang komersial dari Bank China dan CDB.
China berargumen jika pinjaman CDB bersifat komersil, bukan konsesional, sehingga bank harus dianggap sebagai peminjam komersial.
Sedangkan peminjaman seperti itu mengkhawatirkan bagiBank Dunia karena dipusatkan pada Angola dan Pakistan.
China telah mengatakan kepada Angola jika hendak mencapai kesepakatan pengendoran hutang di bawah DSSI.
Dalam pembicaraan telepon akhir bulan kemarin, Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Presiden Angola Joao Lourenco, jika Ekspor-Impor Bank China memainkan peran penting dalam aplikasi Angola untuk bantuan finansial mendesak dari IMF.
Angola menjadi negara di Afrika dengan hutang terbesar kepada China, sebesar 20 miliar Dolar AS.
Kreditor China lain juga dalam pembicaraan serius dengan Angola terkait mencapai dasar persetujuan dalam rencana restrukturisasi hutang.
Beijing laporkan jika sejak perjanjian pembekuan hutang diberlakukan April lalu, mereka telah menerima lebih dari 20 permintaan hutang dan mencapai kesepakatan dengan 10 peminjam sampai akhir Juli, tanpa menyebutkan penerimanya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini