Penulis
Intisari-online.com -Imran Khan, perdana menteri Pakistan, disumpah pada Agustus 2018 lalu.
Ia adalah perdana menteri Pakistan ke-22.
Mantan atlet kriket yang kemudian menjadi politikus tersebut menjanjikan keadilan untuk semua rakyatnya dan negara bebas korupsi.
Mengutip wawancaranya dengan Al Jazeera, kini ia sebutkan sejauh mana pemerintahannya berjalan.
Beberapa hal yang ia sebutkan mungkin membuat Anda terkejut.
Saat ditanya mengapa ia belum berhasil memerangi korupsi, ia menjawab Pakistan sama halnya dengan negara lain yang alami defisit yang besar eksternal dan internal.
Baginya, membentuk kembali ekonomi diperlukan waktu dan tidak bisa dilakukan secara instan.
Ia justru mengatakan Pakistan telah terarah ke arah yang benar.
Namun kondisi Pakistan sejujurnya belum menguntungkan bagi para masyarakatnya.
Harga kebutuhan pangan pokok seperti gula meroket pesat, tunjukkan bahwa inflasi Pakistan meningkat tajam.
Hal tersebut sangat meresahkan warga kelas menengah ke bawah yang kesulitan bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok semata.
Beliau kemudian membela diri dengan sebutkan bahwa untuk membangun ekonomi yang lebih baik diperlukan waktu.
Kemudian Imran Khan juga unggulkan bahwa saat ini tidak ada skandal mega korupsi di Pakistan sama sekali, yang mana menurutnya adalah hal bagus.
Baginya, korupsi adalah pembunuh semua masyarakat, dan jika memang tidak ada korupsi maka kondisi negaranya baik-baik saja.
Kemudian, mengenai Covid-19.
Pakistan tercatat bisa menangani kasus Covid-19 dengan baik, setelah melonjaknya jumlah pasien pada Juni lalu kemudian jumlah pasien cenderung menurun.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu; Kenali 9 Tanda Tubuh Tidak Cukup Asupan Karbohidrat
Imran Khan menjawab bahwa ia tidak terapkan lockdown total, ia terapkan lockdown sebagian tempat-tempat dengan kasus infeksi tinggi.
Baginya, para warga miskin dan kesulitan mencari makan akan lebih mudah meninggal karena kelaparan dibandingkan karena Covid-19.
Menginjak isu yang lebih mengerikan yaitu kebebasan jurnalisme di Pakistan, karena Imran Khan dahulu saat kampanyenya menjanjikan kebebasan berpendapat dan jurnalisme yang bebas mengkritik pemerintahan.
Namun catatan dalam negeri maupun internasional sebutkan bahwa banyak sekali jurnalis yang dibungkam, disekap, hilang, atau bahkan terbunuh karena mengkritik Pakistan terlalu pedas.
Baginya, ada perbedaan antara kritik yang membangun dan kritik yang disetir, dan menuntun jurnalis ke pengadilan atas tuntutan pencemaran nama baik pemerintah bukanlah masalah.
Pernyataan lebih mengejutkan adalah tentang kesepakatan Afghanistan, saat ia ditanya apakah pembagian kekuasaan pemerintah Afghanistan dengan Taliban merupakan solusi terbaik, ia cukup menjawab 'apa yang terbaik bagi Afghanistan itu baik untuk kita semua'.
Saat ditanya apakah jawaban diplomatis tersebut untuk mengamankan posisinya dari India, ia menjawab India dan Pakistan tidak memiliki perbatasan yang jelas, sehingga ketegangan yang mungkin terjadi bisa jadi tidak mempengaruhi Pakistan.
Kemudian mengenai Kashmir yang mereka rebutkan dengan India, baginya ia tidak percaya dengan penyelesaian militer.
Namun sayangnya menurutnya India telah dipimpin oleh kelompok ekstrimis, yaitu Partai yang condong ke supremasi agama Hindu yang hampir mirip dengan tindakan Nazi di Jerman.
Yang ia maksudkan adalah Modi dan administrasinya bisa langsungkan genosida terhadap umat Muslim di Kashmir dan wilayah India yang lain.
Namun, ia jelaskan mengapa pendapatnya dalam membela Kashmir tidak didengar oleh PBB dan negara Barat, sederhananya karena menurutnya India dilihat negara Barat sebagai tempat perdagangan yang bagus dan potensial.
Terkait akan normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab, yang ia pikirkan adalah kesepakatan satu pihak terkait Palestina dan Israel seperti apapun tidak akan mampu menyelesaikan perkara tersebut.
Israel dalam posisi yang sangat kuat dengan hampir negara Barat berpihak kepada mereka, tapi Palestina tidak akan berhenti berusaha mempertahankan wilayah Gaza.
Pendapat pamungkasnya mengenai China cukup mengejutkan.
Saat kampanyenya dahulu, ia kontra dengan keputusan negaranya bekerja sama dengan China.
Kemudian saat ini meski Pakistan dan China memiliki kontrak perjanjian pembangunan infrastruktur yang ia sebutkan sedikit tidak menguntungkan, justru ia mengoreksi hal tersebut dan katakan ekonomi dunia akan berpusat di China tidak lama lagi.
Bahkan, kebangkitan China harus dipelajari oleh Pakistan dalam membangkitkan negara mereka.
Pandangannya tersebut cukup mengejutkan mengingat ia adalah sosok 'luar' dinasti Pakistan yang mendobrak kepemimpinan Pakistan dengan kampanye demokrasi dan perlawanan terhadap korupsi selama bertahun-tahun.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini