Trump mengatakan AS akan berusaha menghentikan perang tersebut.
"Kami akan melihat apakah kami dapat menghentikannya," kata Trump.
Alasan terbesar Trump ingin menghentikan perang adalah Armenia dan Azerbaijan saling menuduh dan tragisya menargetkan warga sipil serta menggunakan senjata berat.
Secara terpisah, perang pecah di wilayah Nagorno-Karabakh, yang secara resmi merupakan bagian dari Azerbaijan tetapi dikendalikan oleh orang Armenia.
Menurut laporan The Guardian, pertempuran masih berlanjut hingga hari ini.
Kementerian pertahanan Armenia mengklaim sekitar 200 orang terluka. Sementara Azerbaijan mengklaim 26 warga sipil terluka.
Beberapa saat setelah perang pecah untuk pertama kalinya, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pertempuran mematikan tersebut.
Morgan Ortagus, juru bicara departemen tersebut, mengatakan: “Amerika Serikat khawatir dengan laporan aksi militer skala besar di sepanjang Garis Kontak di zona konflik Nagorno-Karabakh."
"Di mana aksi militer itu telah mengakibatkan korban jiwa yang signifikan, termasuk warga sipil."
"Kami menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga mereka yang tewas dan terluka."
“Dengan begitu, Amerika Serikat mengutuk keras peningkatan kekerasan ini."
Wakil Sekretaris Biegun memanggil Menteri Luar Negeri Azerbaijan, Jeyhun Bayramov, dan Menteri Luar Negeri Armenia, Zohrab Mnatsakanyan.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR