Namun, pada banyak kasus, masyarakat enggan terbuka saat petugas di lapangan berupaya melakukan pelacakan kontak karena takut akan stigma negatif.
Selain itu, adanya berita hoaks bahwa Covid-19 hanya konspirasi turut mempersulit kerja petugas dalam melakukan pelacakan kontak.
"Kami imbau masyarakat memahami, keterbukaan kita semua sangat penting dalam upaya pemerintah melakukan tracing.
"Harus terbuka terkait riwayat perjalanan dan interaksi yang sudah dilakukan," kata Wiku.
Wiku menegaskan bahwa yang menjadi musuh bersama adalah virus corona Sars-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19.
Sementara itu, pasien yang terjangkit Covid-19 justru harus didukung, bukan diberikan stigma negatif dan dijauhi.
"Jujur dan suportif ketika dilakukan identifikasi kontak erat dengan petugas adalah hal penting untuk sukseskan program 3T (testing, tracing, treatment)," kata dia.
(Ihsanuddin)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Minimnya Tes Covid-19 di Indonesia dan Kendala Pelacakan Kontak..."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Source | : | Kompas.com,worldometers.info/coronavirus |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR