Advertorial

Covid Hari Ini 30 September 2020: Kian Buruknya Penanganan Pandemi di Indonesia, Tes Covid-19 yang Minim dan Rendahnya Pelacakan Kontak

May N

Editor

Intisari-online.com -Sejak Maret lalu sudah enam bulan Indonesia alami masa pandemi sampai sekarang.

Jumlah kasus yang senantiasa meningkat dan jumlah kematian pasien Covid-19 baik pasien berat maupun suspek Covid-19 yang makin 'liar' masih belum tunjukkan adanya sinyal penurunan.

30 September ini, tercatat ada 282.724 total kasus di Indonesia menurut worldometers.info.

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai angka 4000 kasus baru.

Baca Juga: ‘Aku Baik-baik Saja’ Kisah Pria Pasien Covid-19 yang Sembuh dan Temukan Cara Simpel dan Murah Meriah Untuk Sembuhkan Dirinya

Sedangkan total kematian Covid-19 ada sebanyak 10.601 kematian.

Penambahan pasien yang meninggal ada sebanyak 128 pasien.

Dibandingkan dengan total kematian Covid-19 di seluruh dunia yaitu sebanyak 1.011.887, maka kematian pasien Covid-19 di Indonesia menyumbang 0.01% dari total kematian Covid-19 di dunia.

Presentase ini sudah terbilang mengkhawatirkan.

Baca Juga: Waduh Gawat, Baru Lolos Dari Virus Corona, China Dilanda Wabah Baru, Penduduknya Berjatuhan Meninggal, dan Jumlahnya juga Terus Meningkat

Ironisnya, enam bulan penanganan pandemi Covid-19 berjalan, jumlah testing Indonesia belum juga lampaui standar WHO.

Pemerintah terus-terusan beralasan masih terkendala pelacakan kontak yang mendapat resistensi masyarakat.

Juru Bicara Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, sampai saat ini baru lima provinsi yang sudah melampaui standar WHO.

"Lima provinsi tersebut yakni DKI Jakarta, Sumatera Barat, Bali, Sulawesi Selatan, dan Papua," kata Wiku.

Baca Juga: ‘Berdamai’ Hidup di Tengah Pandemi Covid-19 Jangan Lupakan Peran Vitamin B dan C untuk Imunitas Tubuh Lawan Virus Corona

Wiku tak merinci berapa jumlah testing yang sudah dilakukan kelima provinsi tersebut.

Namun, standar testing WHO adalah 1 tes per 1.000 penduduk per minggu.

Pada Agustus lalu, hanya DKI Jakarta yang sudah melewati standar tersebut.

Namun, Wiku bersyukur kini sudah ada 4 provinsi lain yang terus menggencarkan testing hingga akhirnya bisa melampaui standar WHO.

Baca Juga: 'Jika Semua Pakai Masker, Pandemi Berakhir dalam 8 Minggu,' Kata Direktur CDC, Simak Juga 8 'Senjata' Lawan Covid-19 Berikut Ini

Ia pun mendorong 29 provinsi lain di Indonesia untuk berusaha lebih keras sehingga kapasitas testing secara nasional juga bisa sesuai standar.

Sampai Selasa kemarin, pemerintah baru memeriksa 3.276.402 spesimen dari 1.962.754 orang yang diambil sampelnya.

Padahal, penduduk Indonesia mencapai 270 juta penduduk.

Berdasarkan data worldometers, dalam hal testing, Indonesia baru melakukan 11.948 tes per 1 juta penduduk.

Baca Juga: Covid Hari Ini 29 September: Perhatikan Senjata Lawan Virus Corona, Berikut 8 Cara Dongkrak Imunitas Tubuh

Indonesia pun menempat peringkat 157 dari 215 negara dalam hal jumlah ini.

Adapun dari hasil tes sejauh ini, ada 282.724 orang yang positif terjangkit Covid-19.

Pasien yang sudah dinyatakan sembuh kini mencapai 210.437 orang.

Sementara itu, angka kematian akibat Covid-19 mencapai 10.601 orang.

Baca Juga: Jika Ada Anggota Keluarga yang Positif Covid-19, Apa yang Harus Kita Lakukan? Begini Protokol Kesehatan yang Disusun Pemerintah

Kunci pencegahan

Guru Besar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Ascobat Gani mengatakan, testing merupakan kunci pencegahan penularan Covid-19.

Dengan tes masif, bisa ditemukan sebanyak-banyaknya pasien positif Covid-19.

Perawatan dan isolasi pun bisa dilakukan sehingga tak terjadi penyebaran yang lebih luas.

Baca Juga: Tak Hanya di Tanah Air,1.532WNI yang Tinggal di Luar Negeri Juga Terpapar Virus Corona, 'Tapi Hampir 80% dari Mereka Berhasil Sembuh'

Namun, ia menilai tes Covid-19 di Tanah Air memang masih kurang.

"Pelaksanaan testing atau surveilans harian sebagai proses deteksi di Indonesia juga masih mengalami masalah," ujar Ascobat dikutip dari siaran pers UI yang diterima, Selasa (29/9/2020).

Ia mengatakan, testing di Indonesia rata-rata masih 21.000 orang per hari atau 165.000 per minggu.

Dari hasil testing yang dilakukan, kata dia, positivity rate Indonesia berada pada angka 14,3 persen.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak hingga Tempat Parkir Terpaksa Diubah Jadi Bangsal, Warga Israel pun Kini Dihantui Kelaparan Akibat Krisis Pandemi

Positivity rate merupakan persentase orang yang memiliki hasil tes positif Covid-19 dibandingkan jumlah orang yang dites.

Artinya, kata dia, setiap kerumunan sekitar 100 orang terdapat sekitar 15 orang yang dapat menularkan virus.

Kendala

Wiku pun mengakui minimnya jumlah tes ini karena pemerintah masih kesulitan melakukan tracing atau pelacakan kontak pasien Covid-19.

Baca Juga: Kegamangan Vaksin Covid-19 Berbahan Hati Hiu, Ahli Konservasi Sebut Bahayanya Bagi Manusia Jika Predator Tingkat 1 Itu Musnah

Wiku beralasan, petugas di lapangan kesulitan karena penolakan dari masyarakat.

"Kendala terbesar saat ini adalah tracing atau pelacakan. Karena banyak resistensi di masyarakat, di lapangan, akibat adanya stigma masyarakat terhadap penderita Covid-19 yang harus dihindari," kata Wiku.

Padahal, pelacakan kontak ini sangat berperan dalam menambah jumlah testing.

Idealnya, tiap orang yang baru melakukan kontak erat dengan pasien positif Covid-19 harus ikut menjalani swab test.

Baca Juga: Kabar Menggemberikan! ASI Dapat Mengobati Virus Corona, Simak Selengkapnya

Namun, pada banyak kasus, masyarakat enggan terbuka saat petugas di lapangan berupaya melakukan pelacakan kontak karena takut akan stigma negatif.

Selain itu, adanya berita hoaks bahwa Covid-19 hanya konspirasi turut mempersulit kerja petugas dalam melakukan pelacakan kontak.

"Kami imbau masyarakat memahami, keterbukaan kita semua sangat penting dalam upaya pemerintah melakukan tracing.

"Harus terbuka terkait riwayat perjalanan dan interaksi yang sudah dilakukan," kata Wiku.

Baca Juga: Covid Hari Ini 28 September 2020: Tiap 100 Warga Indonesia yang Dites, 14 di Antaranya Mungkin Positif Virus Corona, WHO: Itu Terlalu Tinggi!

Wiku menegaskan bahwa yang menjadi musuh bersama adalah virus corona Sars-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19.

Sementara itu, pasien yang terjangkit Covid-19 justru harus didukung, bukan diberikan stigma negatif dan dijauhi.

"Jujur dan suportif ketika dilakukan identifikasi kontak erat dengan petugas adalah hal penting untuk sukseskan program 3T (testing, tracing, treatment)," kata dia.

(Ihsanuddin)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Minimnya Tes Covid-19 di Indonesia dan Kendala Pelacakan Kontak..."

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait