Penulis
Intisari-Online.com - Predikat sebagai negara teraman di dunia dari pandemi Covid-19, kini hanya tinggal cerita bagi Israel.
Menyusul negara-negara lain yang telah mengalami krisis, Israel menghadapi kondisi yang memprihatinkan dengan melonjaknya kasus Covid-19.
Sistem kesehatannya goyah, sementara warganya terancam kelaparan.
Mengutip Kompas.com(24/9/2020), sebuah rumah sakit Israel sampai mengubah tempat parkir mobilnya menjadi bangsal Covid-19 saat lonjakan kasus virus corona terjadi.
Baca Juga: Mengenal Asal-usul Ashkenazi, Etnis Yahudi yang Punya Nenek Moyang Paling Awal dari Suku Asli Israel
Michael Halberthal, Direktur Umum Kampus Perawatan Kesehatan Rambam, mengaku prihatin saat rumah sakitnya harus mengambil langkah dramatis tersebut.
"(Sangat) sangat disayangkan kami harus mencapai posisi ini," kata dia dikutip dari The Guardian.
Melansir The Jerusalem Post (27/9/2020), Dua juta orang Israel telah melaporkan kehilangan pendapatan akibat krisis, dan sekitar 510.000 warga belum kembali ke pasar tenaga kerja sejak awal krisis korona.
Parahnya, satu dari setiap tiga anak yang mulai bersekolah tahun ini di seluruh negeri menghadapi kemiskinan, Latet Israel Humanitarian Aid diterbitkan awal bulan ini.
Baca Juga: 8 Unit Pasukan Khusus Israel yang Paling Mematikan, dari Menyusup ke Bawah Tanah, Dilengkapi Teknologi Canggih hingga Persenjataan Rahasia Sekitar 36% dari orang tua anak sekolah melaporkan kepada organisasi tersebut bahwa anak-anak tidak makan untuk membantu mereka menanggung krisis keuangan, sementara 26% anak-anak dikirim ke sekolah tanpa makan siang.
Selain itu, sebuah studi yang diterbitkan oleh Institut Demokrasi Israel (IDI) bulan lalu menunjukkan bahwa dua juta orang Israel telah melaporkan kehilangan pendapatan akibat krisis tersebut.
Di antara mereka, 20% adalah pemilik bisnis yang harus menutup usahanya untuk sementara (14,4%) atau secara permanen (5,4%), sementara 53% dewasa muda berusia 18 hingga 24 mengalami penurunan pendapatan.
Menurut National Insurance Institute, sekitar 510.000 warga belum kembali ke pasar tenaga kerja sejak awal krisis korona.
Di saat seperti itu, warga Israel tak bisa berharap banyak pada pemerintah dan hanya dapat mengandalkan bantuan organisasi sosial.
Pasalnya, pada akhir Agustus Menteri Keuangan Israel Katz mengumumkan bahwa tidak ada hibah tambahan yang akan diberikan untuk liburan akhir tahun, bantuan keuangan yang dapat membantu sejumlah besar keluarga melewati liburan tanpa kekurangan makanan.
Pengumuman tersebut menyusul hibah 'cek untuk setiap warga negara', yang tujuannya adalah untuk merangsang konsumsi dalam perekonomian daripada untuk mengatasi masalah kelaparan yang meningkat dan kemiskinan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, tahun ini Israel mendekati akhir tahun dengan sekitar satu juta warganya yang kehilangan pekerjaan, yang dapat diterjemahkan menjadi sekitar empat juta orang yang rumahnya terkena dampak tekanan ekonomi.
Leket Israel, merupakan organisasi penyelamat makanan terkemuka di negara ini, telah memainkan peran penting dalam mendukung keluarga yang mengalami kesulitan, baik sebelum dan selama krisis virus corona.
Bank makanan memobilisasi ribuan sukarelawan yang memanen dan mengumpulkan surplus hasil pertanian dan memasak makanan untuk disortir dan didistribusikan.
Pada 2019, Leket menyelamatkan 17.000 ton makanan sehat untuk dikirim ke 175.000 warga Israel yang membutuhkan per minggu.
"Sejak Maret, kami telah melihat setidaknya 50% hingga 100% peningkatan permintaan dari organisasi tempat kami bekerja," kata pendiri dan ketua Leket Joseph Gitler kepada The Jerusalem Post.
Baca Juga: Kabar Menggemberikan! ASI Dapat Mengobati Virus Corona, Simak Selengkapnya
Jumlah panggilan dari mereka yang membutuhkan bantuan juga meningkat secara signifikan, kata Gitler, meskipun di masa lalu organisasi umumnya tidak menerima panggilan dari perorangan.
“Itu menunjukkan tingkat keputusasaan,” katanya.
"Orang-orang jatuh dengan sangat cepat dan mereka mencari bantuan di mana pun mereka dapat menemukannya."tambahnya.
Tokoh sentral lainnya dalam memerangi kemiskinan di Israel adalah Latet, sebuah LSM yang bertujuan untuk memerangi kemiskinan dan kerawanan pangan.
Pada 2019, organisasi tersebut mendistribusikan sekitar 90 juta makanan kepada orang-orang miskin, menjangkau lebih dari 200.000 orang.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh organisasi tersebut, telah meramalkan bahwa efek nyata dari resesi hanya akan terasa pada tahun 2021, bersamaan dengan penurunan keluarga kelas menengah Israel ke dalam kemiskinan.
Pandemi telah mengungkap celah di setiap sistem dan mendorong situasi yang tidak stabil ke titik puncaknya.
Meskipun data resmi belum dipublikasikan menyusul dampak bencana virus terhadap perekonomian, Divisi Riset Asuransi Nasional Israel telah melakukan beberapa simulasi untuk memahami ruang lingkup krisis.
Kemiskinan per kapita telah meningkat sebesar 15% sejak Maret, dan 13% di antara anak-anak.
Keparahan kemiskinan meningkat 11% dan standar hidup menurun 3%.
Indeks Gini, yang mengukur ketimpangan pendapatan, melonjak 4% sejak saat itu.
Simulasi ini didasarkan pada data kunci dari Laporan Kemiskinan tahun lalu, dan menggunakan database upah Jaminan Sosial dan survei pengeluaran rumah tangga Badan Pusat Statistik (BPS).
Baca Juga: Eropa Timur Geger Sampai Rusia Gelagapan, Perang Azerbaijan dan Armenia Berpotensi Pecah Kembali
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari