Advertorial

Jangan Salah Orang Muda Bukan Berarti Tak Kebal Infeksi Covid-19 Bahkan Bisa Alami Gejala Menetap Meski Sudah Sembuh

K. Tatik Wardayati

Editor

Jangan salah, orang muda bukan berarti tak kebal infeksi Covid-19, bahkan bisa mengalami gejala menetap meskipun sudah sembuh.
Jangan salah, orang muda bukan berarti tak kebal infeksi Covid-19, bahkan bisa mengalami gejala menetap meskipun sudah sembuh.

Intisari-Online.com – Wabah pandemi virus corona yang melanda dunia pun melanda tanah air kita.

Virus ini tidak pandang bulu mencari ‘mangsa’nya, tidak peduli anak-anak, bahkan orang tua.

Memang telah disebutkan bahwa orang dewasa dan lanjut usia adalah yang paling berisiko.

Meskipun orang dewasa dan lanjut usia adalah kelompok paling berisiko terinfeksi Covid-19, namun sebuah laporan baru menyebut, orang-orang muda juga dapat menyumbang angka peningkatan kasus Covid-19.

Baca Juga: China Sesumbar Vaksin Buatan Mereka Sudah Kantongi Restu WHO, Ini Penjelasan Weibo

Laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) itu merupakan hasil analisis data dari 50 negara bagian dan distrik di Kolombia.

Ditemukan 20 persen kasus antara Maret hingga Agustus terjadi pada kelompok usia antara 20-29 tahun, persentasenya lebih tinggi daripada kelompok usia lainnya.

CDC juga mengungkapkan penurunan usia rata-rata orang yang terinfeksi virus, di bulan Mei usia rata-rata pasien adalah 46 tahun, menjadi 38 tahun pada Agustus.

Peningkatan kasus Covid-19 di kalangan anak muda sering kali mendahului wabah pada orang dewasa yang lebih tua.

Baca Juga: Kencangkan Sabuk, 2 Juta Orang Bisa Tewas Karena Covid-19, WHO: Ada Vaksin Virus Corona Mungkin Tidak Terlalu Membantu, Tapi Ini yang Paling Penting

Tren ini paling jelas terlihat di area Tenggara, di mana masuknya kasus kelompok usia 20- 29 tahun terlihat lebih dulu, sembilan hari sebelum wabah di wilayah itu menyerang dewasa usia 40-59.

Negara bagian Florida, Arizona, Texas, dan Louisiana mengalaminya lonjakan besar kasus Covid-19 selama musim panas, beberapa di antaranya dikaitkan dengan aktivitas di bar dan pesta persaudaraan.

Lusinan perguruan tinggi dan universitas saat ini sedang berjuang melawan wabah.

Perkembangan itu tampaknya tidak unik di AS.

Para penulis laporan mencatat adanya pergeseran usia pasien di Eropa selama jangka waktu ini, dengan usia rata-rata turun dari 54 tahun selama Januari hingga Mei, menjadi 39 tahun selama bulan Juni dan Juli.

Selama dua bulan terakhir, hampir 20 persen kasus terjadi di antara usia 20 hingga 29 tahun dan merupakan porsi terbesar daei keseluruhan kasus, angkanya mirip dengan kasus di AS.

Pakar penyakit menular dan sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins, Dr. Amesh Adalja, mengaku tidak heran dengan fakta bahwa orang muda mengalami infeksi virus dalam jumlah besar.

Baca Juga: Terakhir Muncul di Publik Setelah Positif Covid-19, Pangeran Charles Muncul Kembali Membawa Solusi Selamatkan Dunia, Seperti Apa?

“Kami telah melihat perubahan demografis pada infeksi, dan itu bukan hanya karena kemampuan untuk menguji kaum muda," kata Adalja.

Tetapi, orang yang lebih muda cenderung lebih toleran terhadap risiko.

Maksudnya, mereka cenderung terlibat dalam perilaku berisiko.

Orang yang lebih tua menurutnya cenderung lebih berhati-hati dalam menghadapi bahaya.

Gagasan bahwa anak muda mungkin lebih kebal terhadap virus mungkin juga memicu perilaku tersebut.

Namun, Wakil Direktur Penyakit Menular CDC, Dr. Jay C. Butler pernah membantah anggapan tersebut pada akhir Juni lalu.

Baca Juga: Agar Tidak Tertular Covid-10 dari Keluarga yang Lakukan Isolasi Mandiri di Rumah, Begini 5 Tips Cara Mencegahnya

"Meskipun mereka mungkin berisiko lebih rendah dari kematian atau infeksi parah akibat Covid-19, tidak berarti bahwa mereka sama sekali tidak dapat terinfeksi atau tidak biaa menularkannya kepada orang lain," katanya.

Adalja setuju bahwa orang-orang muda tidak sepenuhnya kebal terhadap Covid-19.

Sebab, orang-orang dengan penyakit penyerta, seperti asma, masih memiliki risiko mengalami Covid-19 parah.

Selain itu, orang muda berusia sekitar 26 tahun dilaporkan sebagai "long-haulers", atau berpotensi mengalami efek samping jangka panjang, meski sudah beberapa bulan setelah pulih dari infeksi virus. (Nabilla Tashandra)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orang Muda Tak Kebal Infeksi Covid-19 dan Alami Gejala Menetap"

Baca Juga: Latihan Napas Bisa Bantu Pengidap Covid-19 Redakan Gejala Menetap, Begini Caranya!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait