Cacar menjadi endemik di Eropa, Asia dan Arab (Dunia Lama) selama berabad-abad, ancaman terus-menerus yang menewaskan tiga dari sepuluh orang yang terinfeksi dan meninggalkan sisanya dengan bekas luka bopeng.
Namun tingkat kematian di Dunia Lama tidak seberapa dibandingkan dengan kehancuran yang ditimbulkan pada populasi asli di Dunia Baru (Amerika, Oceania) ketika virus cacar tiba di abad ke-15 dengan penjelajah Eropa pertama.
Penduduk asli Meksiko modern dan Amerika Serikat tidak memiliki kekebalan alami terhadap cacar dan virus membasmi mereka hingga puluhan juta orang.
“Belum pernah ada pembunuhan dalam sejarah manusia yang menyamai apa yang terjadi di Amerika, 90 hingga 95 persen populasi pribumi musnah selama satu abad,” kata Mockaitis.
"[Warga] Meksiko dari 11 juta orang menyusut menjadi hanya 1 juta orang saja."
Berabad-abad kemudian, cacar menjadi epidemi virus pertama yang berakhir karena adanya vaksin.
Pada akhir abad ke-18, seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner menemukan bahwa pemerah susu yang terinfeksi virus yang lebih ringan yang disebut cacar sapi tampaknya kebal terhadap cacar.
Jenner terkenal menyuntik putra tukang kebunnya yang berusia 9 tahun dengan cacar sapi dan kemudian mengeksposnya dengan virus cacar tanpa efek sakit.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR