Advertorial
Intisari-online.com -Ketegangan di Laut Mediterania tidak dapat dihindari.
Mengutip Al Jazeera, Yunani kini perkuat militer mereka untuk hadapi Turki.
Yunani memborong senjata-senjata baru, serta melatih pasukan baru dan mengembangkan industri pertahanan mereka.
Ankara saat ini sedang menghadapi keberangan Yunani dan Siprus terkait hak eksplorasi minyak dan gas di Mediterania Timur.
Kedua negara yang berseteru tersebut telah sama-sama meluncurkan pasukan angkatan laut dan angkatan udara untuk saling memperebutkan hak di wilayah itu.
"Kepemimpinan Turki kian giat melepaskan dalam perhitungan harian ancaman perang.
"Mereka juga memberikan pernyataan provokatif terhadap Yunani," ujar juru bicara pemerintah Yunani Stelios Petsas pada Senin kemarin.
Kami merespon dengan kesigapan politik, diplomasi dan operasional.
Kami bertekad untuk lakukan apapun yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan kami."
Petsas sementara itu mengatakan jika Perdana Menteri Turki Kyriakos Mitsotakis akan umumkan detail rencana peningkatan militer mereka saat pidato ekonomi tahunannya Sabtu mendatang.
"Kami sedang berhubungan dengan negara-negara tetangga dalam rangka mempersiapkan peralatan militer kami," ujar Petsas.
Minggu lalu, Yunani tingkatkan anggaran belanja militer dari 2,5 milyar Euro dalam sebuah pelelangan saat negara tersebut mencari penggunaan biaya militer dan meningkatkan pendanaan untuk bisnis yang terdampak oleh pandemi virus Corona.
Sedangkan media Yunani telah laporkan pembelian termasuk jet tempur Rafale.
Jet tempur Rafale adalah buatan Perancis, yang kemampuan tempurnya juga tidak bisa diremehkan.
Tidak hanya itu, dipastikan satu kapal frigat dari Perancis juga masuk dalam daftar belanja militer Yunani.
Petsas mengatakan Mitsotakis akan bertemu dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron Kamis besok di Corsica mengenai bahasan negara Uni Eropa di Mediterania.
'Pengalaman mengerikan'
Sabtu kemarin Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Turki untuk mulai terlibat dalam pembicaraan mengenai wilayah sengketa Mediterania timur.
Jika tidak, Yunani akan menghadapi konsekuensinya.
"Mereka akan paham bahasa politik dan diplomasi, atau di lapang dengan pengalaman mengerikan," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias mengatakan Turki adalah satu-satunya negara regional yang mengancam tetangganya dengan perang.
Setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Maltese Evarist Bartolo, Dendias mengatakan Yunani selalu "siap berdialog dengan Turki.
"Namun dialog yang dicari adalah berdasarkan hukum internasional, dan terkait isu yang masih dimasalahkan, yaitu tidak adanya pembatasan kontinental."
Namun ia mengatakan, "dialog dalam ancaman tidak kami terima."
Sanksi Uni Eropa
Sebenarnya ini bukan kali pertama Yunani dan Turki berperang.
Sejak pertengahan 1970, sudah ada 3x perang termasuk sekali terkait hak eksplorasi di Laut Aegea.
Ketegangan baru-baru ini meningkat ketika Turki mengirim kapal peneliti seismik Oruc Reis, ditemani oleh kapal perang untuk menemukan sumber daya migas di wilayah antara Siprus dan Kreta, salah satu pulau milik Yunani.
Yunani kemudian mengirim kapal perang mereka sendiri dan siagakan tentara mereka.
Pemimpin Uni Eropa katakan mereka akn memutuskan pendekatan yang tepat untuk Turki saat mereka bertemu pada 24-25 September.
Kemungkinan mereka akan memberikan sanksi terhadap Ankara.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini