Advertorial
Intisari-Online.com - Timor Leste, dulunya merupakan salah satu Provinsi di Indonesia bernama Timor Timur.
Timor Leste melepaskan diri dari Indonesia melalui referendum yang digelar pada 30 Agustus 1999.
Kemudian pada 4 September 1999, PBB mengumumkan hasilnya, dengan mayoritas memilih menolak otonom yang menunjukkan bahwa penduduk Timir Timur menginginkan kemerdekaan.
Sekitar 450.000 pemilih, 78,5 persen (344.580) warga Timor Timur memilih untuk menolak otonomi, dan sekitar 21 persen (94.388) memilih otonomi, sedangkan 7.985 suara (1,8 persen) dinyatakan tidak sah, dikutip dari Kompas.com.
Indonesia sendiri menjadikan Timor Leste bagian dari wilayahnya melalui pertempuran yang sengit.
Tentara Indonesia harus menghadapi perlawanan dari Timor Leste yang saat itu dipimpin Fretlin.
Operasi militer yang dikenal sebagai 'operasi seroja' digelar oleh tentara Indonesia pada tahun 1975.
Bahkan, setelah Timor Timur resmi menjadi bagian dari Indonesia usai pertempuran itu, perlawanan demi perlawanan masih dilakukan Fretlin dan gerilyawan lainnya.
Saat itu, ABRI banyak mengerahkan prajuritnya untuk mengamankan Timor Timur.
Untuk menghadapi fretlin, salah satu strategi yang dilakukan tentara Indonesia adalah melalui penyamaran.
Ada kisah unik hingga memakan korban ketika tentara Indonesia melakukan penyamaran.
Sejumlah prajurit ABRI yang dikirimkan dalam operasi di Timor Timur tahun 1975 penampilannya memang sengaja dirombak.
Hal ini lantaran mereka sering turun ke misi-misi berbahaya dan rahasia.
Sehingga penampilan mereka pun dirombak dengan rambut gondrong dan pakaian seadanya mirip dengan pasukan Fretlin.
Itu dilakukan demi menyusup dan tak dicurigai oleh para pemberontak itu.
Namun, penyamaran itu bukan tanpa risiko.
Terkadang hal itu membuat orang awam susah membedakannya dengan anggota pemberontak Fretilin.
Salah satu kisah unik dan menegangkan terjadi ketika prajurit ABRI dan anggota Fretlin yang sama-sama berambut gondrong dan membawa senjata berpapasan di tengah hutan.
Prajurit ABRI yang mengalaminya pun sempat tertegun saat bertemu pemberontak Fretilin.
Melansir Surya.co.id, kisah itu dialami oleh seorang prajurit bernama Mursihadi yang dikutip dari buku 'INFANTERI The Backbone of the Army' karya Priyono.
Mursihadi yang merupakan seorang pensiunan TNI dari Detasemen Kesehatan Wilayah (Denkesyah) Korem 074 Warasratama, Surakarta, mengalami kisah unik saat bertugas di Timor Timur pada awal Operasi Seroja 1975.
Seperti kebanyakan prajurit ABRI yang ditugaskan di Timor Timur, Mursihadi juga berambut gondrong.
Suatu hari dirinya mendapat tugas untuk mencari tambahan makanan.
Ia kemudian masuk hutan sekadar mencari dedaunan atau berburu binatang, untuk dapat diambil dagingnya.
Saat asik berburu, tiba-tiba muncul seseorang berpenampilan serupa, gondrong dan menenteng senjata.
Begitu lama Mursihadi dan orang tersebut saling mengamati satu sama lain
Setelah sekian lama mengamati, dirinya baru tersadar bahwa ternyata orang tersebut bukanlah rekannya.
Seseorang dengan tampilan gondrong di hadapannya itu merupakan anggota Fretilin, yang diduga sedang mencari bahan makanan juga.
Tak ingin ditembak duluan, Mursihadi kemudian berhasil menembak mati Si Fretilin gondrong.
Mursihadi beruntung karena berhasil bergerak lebih dahulu, sehingga selamat dari momen menegangkan itu.
Namun, ada kisah lain yang memakan korban jiwa akibat penyamaran ini.
Yaitu ketika sebuah truk melintasi perbukitan di Kecamatan Quelicai, tiba-tiba dihentikan seseorang yang berpakaian loreng TNI.
Sopir yang terkejut langsung menginjak rem.
Namun, mendadak orang yang disangka teman tersebut melemparkan granat, tepat di bagian bak truk yang berisi pasukan serta persediaan bensin.
Akibatnya truk meledak hebat, kobaran api segera melahap truk seisinya.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu; Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin K, Masalah Jantung!
Selain truk terbakar dan hancur sangat parah, seluruh penumpangnya juga tewas terpanggang.
Karena itu dikemudian hari muncul anjuran, agar tiap anggota TNI harus selalu merapikan penampilan.
Karena perbedaan yang terlalu tipis antara anggota Fretilin dan anggota TNI dapat berakibat fatal.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini