Advertorial
Intisari-online.com -Melansir Al Jazeera, pengadilan Turki telah membuka persidangan terhadap 20 warga Arab Saudi yang diduga terlibat dalam pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Sidang tersebut dimulai di pengadilan utama provinsi Istanbul, distrik Caglayan pada 10 pagi waktu setempat Jumat kemarin.
Khashoggi adalah seorang kolumnis Washington Post berumur 59 tahun yang dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Ia dibunuh setelah mengurusi urusannya di kantor konsulat Saudi tersebut, yaitu mengambil berkas untuk pernikahannya.
Polisi Turki menyatakan jika jasad Khashoggi dimutilasi di kantor konsulat tersebut oleh pembunuhnya.
Banyak dari sisa-sisa jasadnya yang belum ditemukan sampai saat ini.
Maret lalu, jaksa Turki menuduh 20 warga Saudi terkait pembunuhan Khashoggi.
Termasuk dari 20 orang tersebut adalah dua mantan pengawal senior Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salmen (MBS).
MBS saat ini adalah pemimpin Kerajaan Arab Saudi secara de fakto.
Tuduhan pembunuhan
Menurut tuduhan yang dilayangkan tersebut, mantan kepala deputi intelijen Arab Saudi Ahmed al-Assiri dituduh menyusun tim pembunuh dan merencanakan pembunuhan jurnalis tersebut.
Khashoggi terkenal akan kritik pedasnya terhadap pemerintah Saudi.
Sedangkan mantan hakim kerajaan dan penasihat media, Saud al-Qahtani dituduh memulai dan memimpin operasi dengan memberi perintah kepada tim pembunuh bayaran.
Tersangka lain adalah pejabat Saudi yang dituduh terlibat dalam operasi pembunuhan berencana tersebut.
Jaksa Turki telah mengisukan penangkapan para tersangka.
Menurut Andrew Gardner, peneliti senior Turki untuk Amnesti Internasional di Inggrs, akan ada kemungkinan sidang tersebut menyorot bukti baru dan meragukan bukti-bukti yang sudah ada.
"Sidang dan usaha lain oleh pemerintah Turki sangat penting untuk mengungap siapa pembunuh sebenarnya, tidak bisa dilupakan begitu saja," ujar Gardner.
Kaitan pekerja Konsulat terhadap pembunuhan
Sementara itu seorang pekerja konsulat Saudi di Istanbul bersaksi di persidangan ia diminta menyalakan oven kurang dari sejam setelah Khashoggi masuk ke gedung konsulat tersebut.
Zeki Demir, teknisi lokal yang bekerja untuk konsulat itu memberikan kesaksian pada Jumat kemarin, hari pertama sidang in absentia dimulai.
Demir mengaku ia dipanggil ke residen para konsulat setelah Khashoggi masuk ke konsulat terdekat.
"Ada lima sampai enam orang di sana... mereka memintaku untuk menyalakan oven. Ada udara kepanikan," ujar Demir.
Pemerintah Barat seperti CIA yakin jika MBS memerintahkan pembunuhan tersebut, sebuah tuduhan yang pastinya ditampik oleh pihak kerajaan.
Pesta barbeque kecil-kecilan
Dalam kesaksiannya, Demir laporkan melihat banyak tusuk sate daging dan barbeque kecil di samping oven di taman konsul.
Ada marmer di sekitar oven yang disebut Demir tampaknya telah berubah warna seolah-olah mereka telah dibersihkan dengan bahan kimia.
Sedangkan keterangan saksi terpisah dalam dakwaan yaitu dari supir konsul menyebutkan para konsul telah memesan kebab mentah dari restoran setempat.
Demir menawarkan bantuan untuk pintu garasi ketika sebuah mobil dengan jendela yang digelapkan tiba, tetapi dia diberitahu untuk segera meninggalkan taman, kata surat dakwaan.
Persidangan in absentia
Persidangan di Turki dilaksanakan secara in absentia atau terdakwa tidak hadir, dan kemungkinan besar Saudi tidak akan mengirimkan para terdakwa tersebut, karena menuduh Turki gagal bekerja sama dalam persidangan terpisah yang sebagian besar dirahasiakan di Riyadh tahun lalu.
Desember lalu, pengadilan Saudi menghukum mati 5 orang dan tiga lainnya dipenjara atas pembunuhan tersebut.
Namun keluarga Khashoggi kemudian mengatakan mereka memaafkan pembunuhnya, membuat hukuman mereka ditunda seperti sesuai dengan hukum Arab Saudi.
Saat itu, jaksa penuntut Saudi mengatakan tidak ada bukti mengkaitkan al-Qahtani terhadap pembunuhan itu dan mengabaikan tuduhan terhadap al-Asiri.
Mengejutkannya, Senin kemarin pengadilan Saudi membatalkan hukuman mati terhadap 5 orang tersebut, dan menggantinya menjadi hukuman 20 tahun penjara.
3 orang lain dihukum penjara antara 7-10 tahun, seperti dilaporkan oleh media negara tersebut.
Kedelapan terdakwa pembunuh tersebut tidak disebutkan namanya sama sekali.
Arab Saudi diolok-olok oleh ahli PBB dalam menerapkan hukumnya karena dianggap memperalat empati dari keluarga Khashoggi untuk meringankan hukuman para pembunuh tersebut.
Hasil persidangan yang mengecewakan ini membuat pihak kerabat keluarga berang, seperti Khalil Jahshan dari Arab Center di Washington DC dan teman keluarga, menanyakan "di mana jasad Jamal Khashoggi?
"Seluruh persidangan tampak seperti dimanipulasi. Menurut praktik hukum di Arab Saudi, keluarga memiliki hak untuk meminta hukuman yang dirasa melepaskan beban mereka, dan fakta bahwa keluarga Khashoggi justru memaafkan pembunuhan tersebut sepertinya penuh dengan buatan semata.
"Kurasa mereka melakukannya karena ditekan, karena aku tahu mereka tidak rela atas pembunuhan itu."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini