Melansir Reuters, pada 2008, Ramos-Horta mendesak rakyat Timor untuk mendoakan Soeharto, juga memaafkannya.
Saat itu, Soeharto telah berjuang untuk hidupnya selama hampir dua minggu, dan tengah menggunakan ventilator setelah beberapa kali gagal organ.
“Tidak mungkin bagi kami untuk melupakan masa lalu, tetapi Timor Leste harus memaafkannya sebelum dia meninggal," katanya.
"Dan saya meminta orang-orang untuk mendoakan Suharto sebagai mantan presiden Indonesia,” kata Presiden Ramos-Horta, yang sebagian keluarganya terbunuh selama pendudukan.
Dikutip dari Aljazeera, Ramos-Horta, yang kehilangan tiga saudara laki-laki dan satu perempuan selama operasi militer dan dianugerahi hadiah Nobel perdamaian pada tahun 1996, mengatakan dia tahu dari pengalaman pribadi betapa sulitnya melupakan kebrutalan operasi tersebut.
Namun, menurutnya rakyat Timor Leste yang telah merdeka tidak boleh menjadi 'sandera'.
"Hari ini kami bebas, kami selamat, kami mendapat kemerdekaan, dan karenanya kami tidak boleh menjadi sandera, betapapun tragisnya itu, di masa lalu," kata Jose Ramos Horta kepada Al Jazeera.
Meski meminta rakyatnya mendoakan dan memaafkan Presiden Soeharto, namun Ramos-Horta mengatakan dia tidak akan mengunjungi Soeharto di rumah sakit.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR