Sebab, belum ada penelitian terkait hal tersebut.
"Pengalaman saya sebagai dokter paru yang juga merawat pasien Covid-19, ternyata memang kasus-kasus pasien dengan happy hypoxia itu memang terjadi," kata Agus.
Dia mengakui kondisi pasien happy hypoxia sydrome yang terlihat normal masih menjadi tanda tanya di dunia medis.
"Itu masih menjadi tanda tanya para ahli-ahli di dunia. Kenapa pasien oksigennya sudah rendah, kok cenderung tampak biasa-biasa saja," kata Agus.
Baca Juga: Tanda tanda Hamil 38 Minggu, Kegelisahan dan Kontraksi Makin Sering
Bahaya tak segera ditangani
Akan tetapi, meski terlihat biasa saja, seorang pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia syndrome bisa terancam nyawanya jika tak segera ditangani.
Sebab, Agus mengatakan, tubuh manusia memiliki batas toleransi terkait jumlah oksigen.
"Jadi mungkin di awal-awal pasien itu akan kelihatan biasa-biasa saja, tapi kalau dia terjadi happy hipoksia dalam waktu lama dan tidak diberikan terapi oksigen, maka dia akan tiba-tiba terjadi, istilahnya kematian mendadak," kata Agus.
Oleh karena itu, dia menjelaskan tidak semua pasien Covid-19 tanpa gejala diperbolehkan isolasi mandiri.
Pasien harus memeriksakan diri, karena dikhawatirkan terkena happy hypoxia syndrome.
"Hal ini harus dipahami masyarakat, tidak semua yang tidak bergejala itu boleh isolasi mandiri. Karena ada kondisi ketika tidak ada gejala, ternyata paru-parunya ada pneumonia, saturasi oksigennya rendah, karena ada yang namanya happy hypoxia," kata Agus.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengenal Happy Hypoxia, Kadar Oksigen Rendah yang Bisa Menyerang Pasien Covid-19
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR