Advertorial
Intisari-Online.com - Ditemukan beberapa pasien Covid-19 mengalami kondisi yang disebut sebagai happy hypoxia.
Seperti yang diungkapkan oleh Bupati Banyumas, Achmad Husein, baru-baru ini.
Mengutip Kompas.com,Achmad Husein mengungkapkan, tiga pasien terakhir yang meninggal dunia disebut tidak memiliki gejala seperti orang yang terjangkit Covid-19.
Sementara itu, dikatakan Husein menurut dokter paru-paru, kondisi tersebut disebut happy hypoxia.
"Kalau saya komunikasikan dengan dokter paru-paru, namanya adalah happy hypoxia," kata Husein saat peresmian Laboratorium Covid-19 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa (18/8/2020).
Terkait fenomena happy hypoxia yang terjadi pada pasien Covid-19, sebelumnya juga sempat ramai diperbincangkan.
Apa itu happy hypoxia?
Sebuah unggahan berisikan informasi mengenai kondisi pasien positif Covid-19 dengan kadar oksigen rendah ramai dibicarakan di media sosial.
Awalnya, akun Twitter @edralynn mengunggah foto rontgen paru-paru pasien positif virus corona beserta keterangan medis mengenai foto tersebut.
Berikut narasi unggahan tersebut:
“Nggak kemana-mana dok, cuma nongkrong sama temen2nya aja.”
“Nggak ada batuk pilek dok, cuma tiba2 sesak aja.”
"Pasien sadar, RR 50, spo2 40% tanpa support O2, bagging mentok di 70%. Masih mau bilang ngga “semenyeramkan” itu?" tulis @edralynn.
Akun tersebut kemudian menjelaskan kondisi pasien dalam cuitan selanjutnya.
Berikut isi cuitannya:
"Sejujurnya ya baru kali ini aku nemuin pasien dengan kadar oksigen 40% dalam tubuh & pasiennya MASIH SADAR. Logikanya, kalo udah tinggal segitu, organ2 vital seperti otak udah nggak akan dapet oksigen dan pasien ngga sadar. Ini yang dinamakan happy hypoxia syndrome. Khas covid."
Cuitan tersebut diunggah pada Selasa (11/8/2020).
Hingga Rabu (12/8/2020) pukul 17.55 WIB, cuitan dari @edralynn di-retweet 12,7 ribu warganet dan mendapatkan 14 ribu likes.
Lalu, apa itu happy hypoxia syndrome?
Dokter spesialis paru sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, membenarkan kondisi happy hypoxia syndrome bisa ditemukan pada pasien positif Covid-19.
"Kita ketahui bahwa Covid-19 ini, organ yang paling sering terkena kan paru. Meskipun saat ini juga banyak manifestasinya di luar paru, tapi organ yang paling sering terkena komplikasi adalah paru," kata Agus saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/8/2020).
Ia menjelaskan hypoxia syndrome merupakan kondisi seseorang dengan kadar oksigen rendah dalam tubuh.
Normalnya, kadar oksigen di dalam tubuh seseorang adalah di atas 94 persen.
Hypoxia syndrome, kata dia, diawali dengan peradangan paru-paru atau pneumonia yang membuat perputaran oksigen terganggu.
"Darah yang kurang oleh oksigen ini kan nantinya akan masuk ke jantung dan didistribusikan ke seluruh tubuh, akibatnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang lain ikut mengalami kekurangan oksigen, yang disebut sebagai hypoxia," kata Agus.
Baca Juga: Kisah Anak 16 Tahun Meninggal Setelah Main PUBG Mobile Beberapa Hari Non Stop
Terlihat normal
Sementara itu, terkait happy hypoxia syndrome, Agus mengungkapkan kondisi tersebut terjadi ketika seseorang yang mengalami hypoxia syndrome tetapi terlihat seperti orang normal.
Agus mengaku menemukan kondisi happy hypoxia syndrome di beberapa pasien Covid-19 yang dirawatnya.
Namun, ia belum bisa mendetailkan, berapa persentase pasien Covid-19 yang terkena happy hypoxia syndrome.
Sebab, belum ada penelitian terkait hal tersebut.
"Pengalaman saya sebagai dokter paru yang juga merawat pasien Covid-19, ternyata memang kasus-kasus pasien dengan happy hypoxia itu memang terjadi," kata Agus.
Dia mengakui kondisi pasien happy hypoxia sydrome yang terlihat normal masih menjadi tanda tanya di dunia medis.
"Itu masih menjadi tanda tanya para ahli-ahli di dunia. Kenapa pasien oksigennya sudah rendah, kok cenderung tampak biasa-biasa saja," kata Agus.
Baca Juga: Tanda tanda Hamil 38 Minggu, Kegelisahan dan Kontraksi Makin Sering
Bahaya tak segera ditangani
Akan tetapi, meski terlihat biasa saja, seorang pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia syndrome bisa terancam nyawanya jika tak segera ditangani.
Sebab, Agus mengatakan, tubuh manusia memiliki batas toleransi terkait jumlah oksigen.
"Jadi mungkin di awal-awal pasien itu akan kelihatan biasa-biasa saja, tapi kalau dia terjadi happy hipoksia dalam waktu lama dan tidak diberikan terapi oksigen, maka dia akan tiba-tiba terjadi, istilahnya kematian mendadak," kata Agus.
Oleh karena itu, dia menjelaskan tidak semua pasien Covid-19 tanpa gejala diperbolehkan isolasi mandiri.
Pasien harus memeriksakan diri, karena dikhawatirkan terkena happy hypoxia syndrome.
"Hal ini harus dipahami masyarakat, tidak semua yang tidak bergejala itu boleh isolasi mandiri. Karena ada kondisi ketika tidak ada gejala, ternyata paru-parunya ada pneumonia, saturasi oksigennya rendah, karena ada yang namanya happy hypoxia," kata Agus.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengenal Happy Hypoxia, Kadar Oksigen Rendah yang Bisa Menyerang Pasien Covid-19
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari