Advertorial
Intisari-Online.com -Kebanggan Uni Emirat Arab berdamai dengan Israel bisa jadi tidak berjalan sesuai harapan mereka.
Meski tampak begitu bangga dan bahagia saat menyatakan perdamaian yang terjalin, Israel masih menganggap mereka sebagai ancaman.
Israel masih saja ingin menjadi negara yang jauh lebih unggul dibanding negara lain di kawasan Timur Tengah.
Mereka berani melarang sahabat karibnya Amerika Serikat untuk menjual sebuah senjata yang disebut-sebut sebagai pengubah peta peperangan.
Senjata ini sendiri diyakini menjadi salah satu andalan Israel untuk menunjukan superioritasnya di Timur Tengah.
Oleh karenanya, meski sudah berdamai, faktanya mereka tetap tidak sudi AS menjual senjata tersebutkeUni Emirat Arab.
Padahal, AS dikabarkan sudah menjalin kesepakatan bernilai sangat besar dengan Uni Emirat Arab terkait penjualan senjata tersebut.
Lalu, apa sebenarnya senjata yang dimaksud sampai-sampai Israel rela mencederai perjanjian damai yang sudah dibuat?
Ternyata Israel dengan tegas menentang upaya penjualan pesawat tempur F-35 dari AS ke UEA, meskipun kedua negara ini telah melakukan normalisasi hubungan diplomatik.
Dikutip dari Reuters, Selasa (18/8), Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa keputusan ini adalah demi mempertahankan superioritas militer Israel di wilayah Timur Tengah.
Pernyataan Netanyahu ini keluar menyusul laporan surat kabar lokal, Yedioth Ahronoth, yang menyebut bahwa AS sedang menyusun kesepakatan bernilai besar tentang penjualan pesawat tempur F-35 ke UEA.
Sayangnya Kedutaan Besar AS di Yerusalem dan perwakilan pemerintah UEA masih belum mau berkomentar mengenai kabar yang cukup sensitif ini.
Respon Netanyahu ini bukannya tanpa dasar. Sejak beberapa dekade lalu AS memang selalu menahan diri untuk menjual persenjataan ke negara-negara Timur Tengah.
Penjualan ke negara Timur Tengah sengaja sebisa mungin dihindari karena mampu menumpulkan keunggulan militer kualitatif (QME) Israel.
"Dalam pembicaraan (kesepakatan damai dengan UEA), Israel tidak akan mengubah sikap konsistennya terhadap penjualan senjata dan teknologi pertahan ke negara mana pun di Timur Tengah yang dapat mempengaruhi keseimbangan militer," ungkap kantor kepresidenan Netanyahu, Selasa (18/8), seperti dikutip dari Reuters.
Sebenarnya sejak lama AS memang kerap menjual peralatan tempur ke negara-negara Timur Tengah meski terus ditentang oleh Israel yang menjadi sekutu dekatnya.
Menteri Energi Israel Yuval Steinitz, yang juga pengamat keamanan di kabinet Netanyahu, mencatat bahwa AS telah menjual pesawat tempur F-16 yang lebih canggih dari milik Israel. Penjualan pesawat tempur F-15 ke Arab Saudi juga pernah terjadi sebelumnya.
Sebagai pengamat, Steinitz beranggapan bahwa kalau pun penjualan F-35 ke UEA benar-benar terjadi, hal itu tidak akan menimbulkan bahaya bagi Israel.
Steinitz menilai bahwa jarak antara kedua negara melebihi batas tempuh maksimal pesawat tempur untuk bisa terbang tanpa mengisi bahan bakar lagi.
Atas dasar itu lah ia meminta pemerintah untuk tidak terlalu khawatir akan adanya kemungkinan penjualan pesawat tersebut ke UEA.
Dalam wawancaranya dengan radio Kan, Steinitz bahkan menyebut bahwa Iran adalah negara yang mungkin akan menerima ancaman lebih besar dari pembelian pesawat F-35 tersebut.
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Meski sudah berdamai, Israel tetap menolak penjualan pesawat tempur F-35 ke UEA".