Advertorial

Kondisi Lebanon Makin Kacau, Catat Rekor Jumlah Kasus Covid-19 Harian Tertinggi Usai Tragedi Ledakan Dahsyat di Beirut

Khaerunisa

Editor

Kondisi Lebanon Makin Kacau, Catat Rekor Jumlah Kasus Covid-19 Harian Tertinggi Usai Tragedi Ledakan Dahsyat di Beirut

Intisari-Online.com - Lebanon tengah diguncang kekacauan besar usai ledakan di Beirut beberapa waktu lalu.

Situasi makin kacau karena ledakan tersebut terjadi di tengah pandemi Covid-19.

Bahkan, Lebanon mengumumkan rekor jumlah kasus Covid-19 harian tertinggi pada pada Selasa (11/8/2020) kemarin.

Terdapat tujuh kematian akibat virus corona dengan lebih dari 300 infeksi dilaporkan.

Baca Juga: Kekacauan setelah Ledakan Beirut, Puluhan Ribu Demonstran yang Marah Menyerbu Kantor Parlemen, Seorang Polisi Tewas dan Ratusan Orang Luka-luka

Padahal, Lebanon masih dirundung duka dan terpuruk akibat ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, pada Selasa (4/8/2020) lalu.

Satu di antara dampak dari ledakan yang mengguncang ibukota ini, rumah sakit setempat kewalahan menghadapi pasien.

Menurut data Kementerian Kesehatan, hingga Rabu (12/8/2020) pagi negara ini mencatat 7.121 kasus Covid-19 dan 87 kematian sejak Februari.

Bahkan sebelum ledakan, peningkatan infeksi sudah terjadi beberapa hari sebelumnya.

Baca Juga: Waspada Air Mineral Galon Sekali Pakai, Kontradiksi degan Kebijakan Pemerintah

Diketahui, ledakan pada 4 Agustus itu menewaskan sedikitnya 171 orang dan melukai sekitar 6.000 orang.

Sebagian ibu kota pun porak poranda hingga membuat sekitar 300.000 orang tidak memiliki tempat tinggal yang layak.

Bahkan rumah sakit pun terkena imbasnya, seperti bangunan rusak, para staf yang terluka, hingga kebanjiran 'pasien berdarah'.

Menurut Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tarik Jarasevic, pergerakan begitu banyak orang di Beirut sangat berisiko mempercepat penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Fahri Hamzah dan Fadli Zon Dapat Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Jokowi, Apa Syarat Khusus untuk Mendapatkannya?

Hal itu ia sampaikan saat pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa pada Selasa (11/8/2020).

WHO pun ikut menyalurkan bantuan sebesar US $ 15 juta (lebih dari Rp 222 miliar) untuk menutupi kebutuhan kesehatan darurat di Lebanon pada 7 Agustus.

Krisis keuangan di Lebanon membuat sektor perawatan kesehatan menjadi tertekan karena kekurangan pasokan medis dan obat-obatan.

Baca Juga: Gara-gara Pesawat Ini, Pesawat Komersial Bisa Ditembaki Militer China Jika Dekat-dekat Dengan Pangkalan Militer Mereka di Laut China Selatan, Ini Penyebabnya

"Keadaan darurat di Beirut telah menyebabkan banyak tindakan pencegahan Covid-19 dilonggarkan."

"Namun hal itu membuat tingkat penularan yang lebih tinggi dan beban kasus yang besar dalam beberapa minggu mendatang," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Senin (10/8/2020).

Menurut laporan, setidaknya 15 fasilitas medis, termasuk tiga rumah sakit besar, mengalami kerusakan parah akibat ledakan itu.

Penilaian terhadap 55 pusat kesehatan di Beirut menunjukkan, hanya 47 persen saja yang masih dapat memberikan layanan rutin secara penuh.

Baca Juga: Persiapan Pernikahan Hampir 100 Persen, Calon Pengantin ini Dibunuh Temannya Sendiri Lantaran Sering Diejek Ustad, Tersangka Tak Merasa Bersalah

Kisah paramedis yang jadi korban Ledakan

Sampai saat ini suasana duka masih menyelimuti Lebanon pasca ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut.

Satu di antara korban meninggal adalah seorang paramedis bernama Sahar Fares.

Kala itu, Sahar Fares tengah berjibaku menghadapi kebakaran sebab tergabung dalam tim pemadam kebakaran sebagai paramedis.

Dengan berlinang air mata, ibunda Sahar Fares menyebut tidak akan pernah bisa memaafkan orang yang bertanggung jawab atas kematian putrinya.

Baca Juga: Sudah Kerahkan Pesawat dan Kapal Perang di Laut China Selatan, China Justru Minta Pasukannya untuk Tidak Melakukan Tembakan Pertama Saat Berhadapan dengan AS, Mengapa?

"Apa yang bisa saya katakan? Ini kerugian yang sangat besar. Seharusnya, kami bisa bersenang-senang di rumah, dia dan saudara-saudaranya, tertawa dan bercanda. Itu kerugian yang sangat besar."

"Apa pun yang mereka lakukan di Lebanon, apa gunanya bagi saya? Putri saya telah berada di puncak hidupnya. Saya membesarkannya selama 26 tahun hanya untuk pergi dalam satu malam."

"Apa yang bisa saya lakukan? Semoga Tuhan tidak mengampuni mereka atas apa yang mereka lakukan," ujar ibunya, dikutip dari Sky News, Senin (10/8/2020).

Sahar merupakan satu di antara orang yang pertama hadir di tempat kejadian, sebelum ledakan kedua terjadi.

Baca Juga: Lakukan Latihan Militer di Timur Tengah, Jet Tempur Elektronik Siluman F-35A Jadi Jet Tempur Pertama dengan Status Siaga: Ancaman Sewaktu-waktu Dapat Ditangkis Hanya dalam Waktu 5 Menit!

Mereka pikir, panggilan itu lebih dari sekadar panggilan tugas rutin, tapi tidak terlalu berbahaya.

Hingga akhirnya, mereka tidak akan pernah menyangka tengah bergegas menuju ledakan yang sekuat gempa bumi.

Semua petugas pemadam kebakaran dan paramedis di tempat kejadian tidak memiliki kesempatan.

Keluarga besarnya pun telah berkumpul untuk berduka dan memberikan penghormatan kepada Sahar.

Baca Juga: Pura-pura Temukan Bayi di Teras Rumahnya, Wanita ini Menghilang, Saat Ditemukan Kondisinya Lemas, Semua Rencananya Terbongkar

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Setelah Mengalami Ledakan Dahsyat, Lebanon Catat Rekor Jumlah Kasus Covid-19 Harian Tertinggi

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait