Advertorial
Intisari-online.com -Haji dan Umrah telah menjadi 'kilang minyak' baru bagi Arab Saudi.
Tentunya, hal tersebut bersifat sangat metafora, tetapi tidak dipungkiri pelaksanaan haji dan umrah menjadi sumber keuangan baru bagi Arab Saudi.
Sebagai salah satu rukun Islam bagi penganut agama Islam, haji dan umrah menjadi kewajiban bagi umat muslim yang mampu melaksanakannya.
Tentunya, rukun islam tersebut nyatanya berubah menjadi industri peziarah yang menyumbang keuangan terbesar kedua setelah minyak bumi dan gas alam.
Haji dan umrah dikutip dari Times of India diestimasi menambah 12 miliyar Dolar per tahun ke Gross Domestic Product (GDP) Arab Saudi.
Rukun Islam kelima tersebut telah dieksploitasi menjadi industri bermacam-macam, termasuk industri perhotelan.
Kini muncul berbagai hotel mewah di Mekah, menawarkan pemandangan Masjidil Haram, dengan harga yang sungguh mahal.
Bagi yang tidak mampu menyewa hotel, Arab Saudi menawarkan hotel kapsul gratis selama 6 hari ibadah mereka.
Kapsul hotel itu berada di Mina, kota sebelah barat kota Mekah.
Sektor ekonomi Arab Saudi selama ini ditopang oleh sektor tambang minyak bumi, tercatat di tahun 2018 ada 87% dana pendapatan dari minyak bumi.
GDP Arab Saudi ditopang oleh minyak bumi sebanyak 42% dan pendapatan ekspor didapat dari 90% minyak bumi.
Namun, fluktuasi harga minyak sebabkan keuangan Arab Saudi mulai cukup carut marut.
Mereka pun mulai mencari sumber dana di luar ketergantungan mereka terhadap minyak dan meningkatkan pendapatan non-migas.
Haji dan umrah menjadi 'migas baru', di tahun 2030, pangeran Arab Saudi ingin memperbesar industri haji dan umrah, mereka akan kembangkan menambah 115 bangunan baru, 70 ribu kamar hotel, 9000 unit perumahan dan perluas wilayah untuk para peziarah dan pengunjung Kakbah.
Namun, mengingat pandemi Corona telah mendorong berbagai negara untuk melakukan lockdown, Arab Saudi juga terapkan lockdown dan jam malam untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Mereka membatasi masuknya warga ke kota Mekah dan Madinah dan menunda pelaksanaan umrah serta haji.
Banyak juga pembicaraan jika Arab Saudi mungkin membatalkan pelaksanaan Haji tahun 2020 ini.
"Kerajaan Arab Saudi bersiap amankan semua umat muslim dunia dan warga negaranya," ujar Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Muhammad Saleh bin Taher Banten.
"Itu sebabnya kami meminta semua muslim di seluruh dunia untuk menyepakati kesepakatan sampai kami memiliki visi lebih jelas."
Haji, yang awalnya akan dilaksanakan pada 28 Juli 2020, kemungkinan akan ditunda pelaksanaannya oleh Arab Saudi, jika wabah Corona masih berlanjut untuk menginfeksi populasi.
Salah satu alasannya adalah risiko penularan tinggi dalam perkumpulan umat manusia dalam jumlah besar.
Namun, apa arti penundaan Haji bagi ekonomi Arab Saudi?
Tidak diragukan lagi, ekonomi Arab Saudi bisa terguncang cukup parah, dan mereka harus menyaksikan 'tamparan keras di wajah mereka' ketika tidak ada pundi-pundi uang masuk lewat haji dan umrah.
Restoran, agen travel, hotel, perusahaan aviasi, perusahaan ponsel, semua yang mendapat keuntungan dari datangnya milyaran umat Islam ke Mekah, akan terdampak dengan keras terkait penundaan haji ini.
Industri haji dan umrah direncanakan akan menghasilkan 150 milyar Dolar pada tahun 2022 mendatang.
Ambisi itu juga merupakan pengembangan dahsyat penambahan pemasukan Arab Saudi selama periode 5 tahun.
Ambisi tahun 2030 yang berusaha meningkatkan jumlah wisatawan ke negara tersebut jika ditunda maka rencana tersebut mungkin akan sulit dilaksanakan.
Haji telah dilaksanakan sejak tahun 1932 silam, dan tidak pernah sekalipun terlewatkan.
Sehingga jika tahun ini haji dibatalkan, maka akan menjadi kejadian langka dalam 200 tahun penyelenggaraan haji.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini