Advertorial

Berawal Dari Jadi Debt Collector di Umur 12 untuk Bisnis Ayahnya, Pria Ini Sukses dan Kini 'Mengejar' 20 Milyar Dolar untuk Bank Terbesar di Negaranya

May N

Penulis

berlatih menjadi debt collector di usia sekolah, pria ini menjadi debt collector tersukses di negaranya, kini mengejar hutang 20 miliar dolar
berlatih menjadi debt collector di usia sekolah, pria ini menjadi debt collector tersukses di negaranya, kini mengejar hutang 20 miliar dolar

Intisari-online.com - Tidak seperti anak lain seusianya, di usia 12 tahun, Challa Sreenivasulu Setty menghabiskan liburan dengan kegiatan 'bermanfaat'.

Bersama kakaknya, saat liburan sekolah ia mengumpulkan hutang orang-orang yang berbelanja di toko milik ayahnya, desa Potlapadu, India.

Saat itu adalah musim panen, dan Setty akan berkeliling ke 150 rumah di desanya, mengumpulkan uang yang dipinjam para petani di awal tahun.

Ia dan kakaknya memiliki daftar orang-orang yang meminjam uang tunai, dan mengunjungi mereka satu persatu.

Baca Juga: Saat Inggris Berencana Menghancurkan Seluruh Pangkalan Militer TNI, Paman Pangeran Charles Malah Beri Peringatan: 'Inggris Akan Malu Besar Jika Tak Berani Pulang Lewat Selat Sunda'

"Kakakku lebih lembut dariku dan lebih populer di desaku," ingat Setty.

"Sehingga ia mengumpulkan hutang-hutang itu lebih rendah dari hasilku."

42 tahun dari saat itu, Setty tetap menjadi debt collector ulung.

Wilayahnya kini di tempat yang lebih luas.

Baca Juga: Cuma Bekal Nasi Kering dan Air Putih, Sniper Jepang Sanggup Mengendap Berminggu-minggu, Bahkan Pantang Keluar dari Sarang Jadi Mayat dan Hanya Bisa Dikalahkan dengan Senapan Mesin Antitank

Ia menjadi satu dari tiga direktur di State Bank of India (SBI).

Posisi tersebut setingkat di bawah jabatan tertinggi di pusat peminjam uang terbesar di India.

Salah satu tugasnya adalah mengejar uang bank sebesar 19.6 milyar dolar.

Pekerjaan itu sudah merupakan salah satu pekerjaan tersulit di India.

Baca Juga: Peringatkan Penyebaran Virus Corona di Kapal yang Ia Pimpin, Kapten Kapal Induk USS Theodore Roosevelt Justru Dicopot dari Jabatannya Oleh AL Amerika, Mengapa?

Dan dengan virus Corona, semua memburuk dengan cepat.

Rasio pinjaman India yang sudah buruk makin memburuk, setelah sebelum Corona berada di posisi tertinggi di seluruh dunia.

Rasio tersebut akan diperkirakan meloncat lagi setelah lockdown pandemi Corona sebabkan bisnis mati dan pengangguran merajalela.

Setty mengatakan ia belajar banyak ketika mengumpulkan hutang untuk ayahnya.

Baca Juga: Mengintip Perkebunan Mayat: Saat Ribuan Mayat Dibiarkan Membusuk, Diikat di Pohon, Hingga Direndam, Pasti Baunya Sangat Menyengat Ya!

"Satu; nilai waktu: Betapa cepat Anda bisa mengembalikan uang itu penting," ujarnya dalam wawancaranya pertama kali dengan media sejak ia dipromosikan pada Januari lalu.

"Kedua, perkembanganya: Aku tidak bisa jelaskan ini lebih jauh lagi di waktu-waktu ini."

Setty telah bekerja di SBI selama 32 tahun, dan menangani manajemen stress aset.

Termasuk di bawah pengawasannya adalah tanggung jawab pengembalian hutang, dan juga hutang dari retail dan sistem perbankan digital.

Baca Juga: Ditelanjangi Terlebih Dahulu, 33.000 Orang Yahudi Terbunuh di Jurang Babi Yar, Bahkan Korban yang Terluka Dikubur Hidup-hidup Bersama Mayat

Akun SBI adalah akun peringkat kelima dengan 1.37 triliyun dolar pinjaman di seluruh India.

Kesepakatan Satu Waktu

"Kami memilih kesepakatan satu waktu di SBI daripada litigasi jangka panjang." ujar Setty mengenai salah satu prinsipnya.

"Dengan itu, kami dapat mendapatkan uang tunai tepat waktu."

Baca Juga: Tak Perlu Pentungan Berpaku Apalagi Senjata Perang, Bentrokan India-China Dipastikan Renggut Banyak Korban karena 'Senjata Perenggut Nyawa' yang Tertanam di Lembah Galwan Ini

Dalam masa kerjanya, ia mengatakan mengikuti perkembangan sistem sangatlah penting di "kasus akun berukuran kecil dan medium".

Lockdown India diperkirakan semakin mendorong ekonomi India dalam kondisi kontraksi pertama kali sejak 40 tahun.

Pinjaman bank mungkin tidak akan tumbuh sama sekali pada 31 Maret, menurut unit lokal S&P Global Ratings.

Sementara perusahaan McKinsey & Co mengestimasi rasio buruk peminjaman negara tersebut kira-kira pada angka 9.3%, dan akan naik menjadi ke persentase 7%.

Baca Juga: Mengerikan, Misteri 16 Mayat dan Lebih Dari 2 Lusin Tas Berisi Potongan Tubuh Manusia Ditemukan: 287.000 Pembunuhan Telah Dilakukan Sejak 2006

Bankir kesulitan memprediksi betapa besar tekanan yang muncul dalam pinjaman yang bisa mereka berikan saat pinjaman jangka waktu 6 bulan sampai Agustus menyembunyikan tingkat kesengsaraan yang dihadapi para penghutang.

Sejauh ini, sekitar 21% peminjam SBI dari pihak ritel dan 10% peminjam pihak perusahaan telah meminta opsi moratorium.

Setty mengatakan pandangan pulihnya hal ini lebih baik untuk peminjam pihak ritel daripada perusahaan.

Bankir itu telah meminta timnya untuk bekerja mengikuti prinsip 'ikuti perkembangan' miliknya.

Baca Juga: Belum Selesai Unjuk Gigi Militer, Amerika Mengklaim Kekuatan Mereka di Luar Angkasa: 'China dan Rusia Mengancam Kami'

Alih-alih membuat pekerjaan sistem outsourcing seperti beberapa bank lakukan, Setty meminta petugas SBI untuk memanggil lebih dari 100 ribu peminjam pihak ritel selama 3 bulan terakhir untuk mengajari mereka mengenai dampak dari moratorium pinjaman.

Hal tersebut bertujuan untuk memperjelas jika hal itu bukan pengabaian, dan mendesak mereka untuk mempelajari kemampuan mereka membayar hutan mereka.

"Kebanyakan peminjam pihak ritel yang meminta moratorium melakukanya untuk menyelamatkan uang tunai mereka karena ketidakpastian, dan bukan karena mereka tidak memiliki kemampuan atau niat untuk membayar hutang mereka." ujar Setty.

Hal ini mengindikasikan porsi besar dari pinjaman bank kepada para individu, sebesar 98.5 miliar Dolar atau lebih dari sepertiga dari total pembukuan SBI.

Baca Juga: Mengeluh Sakit Perut yang Sangat Mencekam, Ternyata di Perut Pria Ini Ditemukan Tumor yang Beratnya Hampir Mencapai 6 Kilogram

Fokus para pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman kepada peminjam dengan gaji tetap akhirnya terbayar, ujarnya.

Namun peminjam dari pihak korporasi, sebesar 41% dari bisnis peminjaman dan separuh dari pinjaman buruk itu, dapat menghambat pulihnya angka pinjaman setelah pemerintah melarang mengisi kasus baru kebangkrutan di pengadilan sampai September.

"Sulit sebutkan pendekatan apa yang akan kami lakukan untuk pulihkan pinjaman dari para pemilik perusahaan," ujar Setty.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait