Intisari-Online.com - Pemerintah Republik Indonesia (RI) resmi membatalkan ibadah Haji Indonesia 2020.
Diberitakan TribunSolo.com, hal tersebut diungkapkan Menteri Agama Fachrul Razi menetapkan penyelenggaraan ibadah Haji 1441 H dibatalkan, dalam konferensi pers di Kementerian Agama pada Selasa (2/6/2020).
Keputusan tersebut telah ditetapkan akibat pandemi corona yang terjadi di awal 2020 hingga saat ini.
Terlebih, Fachrul Razi juga menyampaikan pemerintah Arab Saudi tidak kunjung membuka akses untuk penyelenggaraan ibadah haji dari negara manapun.
"Pada pagi ini Arab Saudi tak juga membuka akses dari negara manapun, akibatnya pemerintah tak punya cukup waktu, sehingga pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan jemaah haji pada 1441 H," ujar Fachrul Razi, dikutip Tribunnews dari Youtube Kemenag RI.
Keputusan pun telah ditetapkan melalui peraturan Kementerian Agama No 494 tahun 2020 tentang pembatalan pemberangkatan jemaah haji pada penyelenggaran ibadah haji pada 1441 H.
Dikutip dari Siaran Pers resmi Kementerian Agama, Menag menegaskan bahwa keputusan ini sudah melalui kajian mendalam.
Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia dan Arab Saudi, dapat mengancam keselamatan jemaah.
Kemenag telah melakukan kajian literatur serta menghimpun sejumlah data dan informasi tentang haji di saat pandemi di masa-masa lalu.
Didapatkan fakta bahwa penyelenggaraan ibadah haji pada masa terjadinya wabah menular, telah mengakibatkan tragedi kemanusiaan di mana puluhan ribu jemaah haji menjadi korban.
Tahun 1814 misalnya, saat terjadi wabah Thaun, tahun 1837 dan 1858 terjadi wabah epidemi.
Kemudian pada tahun 1892 terjadi wabah kolera, serta 1987 wabah meningitis.
Pada 1947, Menag Fathurrahman Kafrawi mengeluarkan Maklumat Kemenag No 4/1947 tentang Penghentian Ibadah Haji di Masa Perang.
Selain soal keselamatan, kebijakan diambil karena hingga saat ini Saudi belum membuka akses layanan Penyelenggaraan Ibadah Haji 1441H/2020M.
Akibatnya, Pemerintah tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan dalam pelaksanaan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jemaah.
Padahal persiapan itu penting agar jemaah dapat menyelenggarakan ibadah secara aman dan nyaman.
Baca Juga: Akibat Pandemi Virus Corona, Pemerintah Batalkan Pemberangkatan Jemaah Haji 2020
Sejarah mencatat, selain wabah, ibadah haji juga pernah diwarnai tragedi hingga mengakibatkan nyawa jemaah melayang.
Apa saja rentetan musibah saat penyelanggaraan musim haji?
Berikut rangkuman dari Kompas.com lewat artikel: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Mina Sebabkan 251 Jemaah Haji Meninggal Saat Lempar Jumrah
Harian Kompas (07/02/2004) mencatat berbagai macam petaka yang dialami jemaah haji sejak tahun 1970-an hingga 2004.
Baca Juga: Hadapi Corona: Pernah Dengar Mitos tentang Makanan Beku? Ini Dia!
Mulai dari kecelakaan transportasi, kebakaran, aksi teror, dan kematian akibat desak-desakan.
Ratusan, bahkan ribuan, orang menjadi korban.
24 Januari 1973
Pesawat Boeing-707 milik Royal Jordanian Airlines yang membawa jemaah calon haji asal Nigeria jatuh dan terbakar habis di lapangan terbang Kano, sebuah kota di Nigeria utara.
Kecelakaan yang diakibatkan oleh kaburnya pemandangan di sekitar lapangan terbang itu menelan korban 180 jiwa.
4 Desember 1974
Pesawat DC-8 milik Martinair (Belanda) yang disewa oleh Garuda untuk menerbangkan 182 orang Indonesia asal Surabaya ke Jeddah mengalami kecelakaan sebelum mendarat di Lapangan Terbang Internasional Bandaranaike, Sri Lanka.
Pesawat jatuh dan meledak di sebuah daerah berbukit-bukit sebelah timur Gunung Adam Es Peak, sekitar 100 kilometer sebelah timur lapangan terbang. Kecelakaan ini akibat kesalahan navigasi.
Awak pesawat diduga salah menghitung ketinggian dan jarak pesawat dari landasan terbang karena keadaan lingkungan di sana.
Musibah ini menelan korban 182 anggota jemaah calon haji asal Indonesia dan seluruh awak pesawat.
12 Desember 1975
Kebakaran hebat terjadi di Mina dan menghanguskan ratusan ribu tenda tempat menginap jemaah haji.
Musibah ini menewaskan 188 orang, dua orang di antaranya berasal dari Indonesia.
Kebanyakan korban meninggal karena terinjak-injak saat menyelamatkan diri.
Selain korban meninggal, sebanyak 151 orang dilaporkan luka-luka.
23 Desember 1976
Sebuah kapal penumpang Mesir yang membawa jemaah calon haji mengalami kecelakaan.
Kapal terbakar dan tenggelam di Laut Mati, 60 mil dari Pelabuhan Jeddah.
Lebih dari 90 orang tenggelam.
25 Desember 1977
Bencana kebakaran kembali melanda tempat menginap jemaah calon haji.
Sebanyak 12 orang asal Indonesia meninggal dunia dalam musibah yang terjadi di dekat Masjidil Haram.
Dua orang dilaporkan tewas karena terbakar, sisanya meninggal akibat terinjak-injak dalam kepanikan massa.
15 November 1978
Pesawat DC-8 Long Body milik perusahaan penerbangan Islandia yang mengangkut pulang 262 anggota jemaah haji Indonesia jatuh di Bandara Katunayake, Kolombo, Sri Lanka.
Kecelakaan pesawat yang dicarter Garuda Indonesia Airways ini diakibatkan oleh kelalaian awak pesawat yang salah mengonfirmasikan prosedur pendaratan.
Korban meninggal dunia tercatat 184 orang, termasuk sembilan awak pesawatnya.
Musibah ini kemudian diperingati sebagai hari berkabung nasional di Sri Lanka.
21 November 1979
Insiden pendudukan terjadi di Masjidil Haram oleh ratusan orang bersenjata yang memusuhi Pemerintah Arab Saudi.
Pendudukan yang berlangsung selama dua pekan itu mengakibatkan 26 orang meninggal dunia, tiga orang di antaranya dari Indonesia yang sedang menjalankan ibadah haji.
Selain itu, 560 orang lainnya dilaporkan cedera.
Akibat kejadian ini, Pemerintah Arab Saudi memancung kepala lebih dari 80 orang yang dituduh terlibat dalam aksi pendudukan tersebut.
26 November 1979
Pesawat yang membawa jemaah haji asal Pakistan mengalami kecelakaan.
Setelah selamat dari peristiwa penyanderaan di Masjidil Haram, 151 anggota jemaah haji asal Pakistan meninggal dunia ketika pesawat Boeing 707 yang mereka tumpangi jatuh sesudah lepas landas dari Bandar Udara Jeddah.
Kecelakaan terjadi akibat gangguan teknis pada pesawat.
1 Agustus 1987
Kerusuhan terjadi di Mekkah akibat bentrokan fisik antara ratusan demonstran Iran dan kepolisian Arab Saudi di sekitar Masjidil Haram.
Demonstrasi yang menentang Israel dan Amerika Serikat ini mengakibatkan bentrokan dengan kelompok dari negara lain karena jemaah Iran menutup jalan jemaah lain.
Akibatnya, 402 orang meninggal, termasuk 275 warga Iran. Setelah musibah itu, pada 24 April 1988 Teheran dan Riyadh memutuskan hubungan diplomatik selama tiga tahun dan dalam kurun waktu itu Iran tidak melakukan ibadah haji.
11 Juli 1989
Dua ledakan bom dahsyat mengguncang Kota Suci Mekkah.Ledakan pertama terjadi di jalan utama menuju Masjidil Haram, ledakan selanjutnya di jembatan penyeberangan menuju masjid tersebut.
Organisasi teroris yang menamakan diri Generasi Pemberang Arab mengklaim bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Kelompok yang sebelumnya tak dikenal itu juga mengancam keselamatan keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Kejadian ini menewaskan satu orang dan mencederai 16 orang.
16 Juli 1989
Api melalap habis lebih dari 200 tenda yang dihuni jemaah calon haji di Mekkah. Kebakaran ini menewaskan lima orang asal Pakistan.
Korban terinjak-injak oleh para anggota jemaah lain yang lari dalam keadaan panik menghindari diri dari amukan api.
Korban cedera 34 orang.
2 Juli 1990
Musibah melanda jemaah haji di Terowongan Mina.
Sebanyak 643 orang Indonesia dari korban sebanyak 1.426 orang tewas dalam musibah di Terowongan Al Mualisin, Haratul Lisan.
Musibah terjadi saat 5.000 orang dari berbagai negara yang akan dan telah melakukan pelemparan jumrah terjebak dan berdesak-desakan di terowongan yang ketika itu hanya berkapasitas 1.000 orang.
Keadaan diperparah oleh sistem ventilasi rusak, yang membuat panik jemaah yang berada di dalam terowongan.
11 Juli 1991
Kecelakaan pesawat yang membawa jemaah haji kembali terjadi.
Pesawat DC-8 yang ditumpangi 200 orang asal Nigeria jatuh setelah meninggalkan Bandara Internasional King Abdul Aziz di Jeddah dan menewaskan seluruh penumpang.
Dari hasil penyelidikan, penyebab kecelakaan adalah gangguan teknis pada pesawat tersebut.
23 Mei 1994
Musibah kembali terjadi saat jemaah melempar jumrah.
Sebanyak 270 orang tewas terinjak-injak, enam orang di antaranya dari Indonesia.
Penyebabnya, ratusan ribu orang tak memedulikan instruksi dan petunjuk yang sudah diberikan mutawwif (syekh haji).
Mereka berdesakan dan berebut melaksanakan pelemparan jumrah pada hari Nashar Awwal.
Banyak di antara mereka yang membawa barang di atas punggung.
Di bawah cuaca panas, keadaan makin tak terkendali. Jemaah berdesak-desakan, jatuh, dan tergelincir.
7 Mei 1995
Musibah kebakaran melanda beberapa tenda tempat menginap jemaah calon haji di dekat Mina.
Bencana ini menewaskan tiga orang. Korban luka tercatat 99 orang.
15 April 1997
Kebakaran besar kembali melahap puluhan ribu tenda jemaah haji di Mina, dekat Mekkah.
Api berasal dari tabung gas yang digunakan memasak, kemudian menjalar di jembatan yang menghubungkan antara Mekkah dan Mina.
Api kemudian menjalar ke Mina dibawa angin kencang. Kobaran api baru dapat dipadamkan lima jam kemudian.
Kebakaran yang meliputi kawasan seluas 25 kilometer persegi itu menelan korban jiwa 343 orang asal India, Pakistan, dan Banglades.
Sebanyak 1.500 orang lainnya dilaporkan luka-luka. Akibat insiden itu, di tahun-tahun berikutnya, Pemerintah Arab Saudi menggelar tenda anti-api untuk jemaah haji.
9 April 1998
Musibah kembali terjadi saat ibadah melempar jumrah. Sebanyak 118 orang tewas, dua orang di antaranya berasal dari Indonesia.
Peristiwa memilukan ini terjadi di Jamarat (tempat pelemparan jumrah, tugu batu lambang setan) di Mina.
Musibah terjadi karena desak-desakan saat melempar tiga jumrah, Aqabah, Ula, dan Wustha. Mereka yang kalah dalam desak-desakan itu terjatuh dan kemudian terinjak-injak.
5 Maret 2001
Tragedi Mina kembali terulang karena kepadatan yang luar biasa dan saling desak ketika akan melempar jumrah.Banyak peserta ibadah berusia tua jatuh tersandung.
Musibah ini menyebabkan 35 orang dari berbagai negara, empat orang di antaranya berasal dari Indonesia, tewas.
Sebagian korban meninggal dunia akibat sesak napas.Sisanya terinjak-injak oleh anggota jemaah bertubuh lebih besar.
1 Februari 2004
Akibat berdesakan dan saling dorong, 54 anggota jemaah haji asal Indonesia meninggal dunia karena terinjak-injak.
Kekacauan yang tidak terkendali ini terjadi ketika jemaah haji berangkat menuju Jembatan Jamarat di Mina untuk melempar jumrah.
Musibah yang berlangsung selama 27 menit itu menyebabkan 251 orang tewas. Sebanyak 244 orang dilaporkan luka-luka.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Ibadah Haji 2020 Dibatalkan karena Wabah Corona, Ini Deretan Tragedi saat Penyelenggaraan Haji
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari